Jaya Suprana/Net
Jaya Suprana/Net
KOMENTAR

DI masa kemelut pageblug Corona, terviral sebuah meme (entah siapa yang bikin) dengan teks bahasa Jawa sebagai berikut:

Corona

Tekan saiki kok durung krungu kabar wong edan mati karena corona. Padahal ora tahu wisuh, ora tahu adus, ora tahu nganggo masker, mangan yo ora tertib segalanya ora resik, turu yo sak anggon-anggon. Sing waras kok malah bingung rebutan masker, posting berita-berita sing medheni, wedhi karepe dewe. Sing edan tetap sehat, sing sehat koyo wong edan. Hidup wong edan!.

Mahaguru Kejawen saya, Sri Batara Bambang Waluyo yang kerap mengakronimkan diri sebagai Bawal memberikan tanggapan berupa sebuah wangsit Edanomologi sebagai berikut: Konon, "wong edan" disebabkan oleh stres berat, lalu depresi. Tapi setelah jadi "wong edan" malah tidak lagi mengalami stres ketika dengar berita horor virus corona.

Alhasil, imunitas tubuhnya bagus, antibodinya prima, jadi nggak mempan corona.

Gendeng

Sementara Mahaguru Berpikir Lurus saya, Letjen Purnawirawan Suryo Prabowo memberikan petunjuk sebagai berikut: ''Misteri mengapa orang gila tidak terinfeksi corona sudah terjawab bahwa ada perilaku "positif" dari orang gila, yang perlu kita contoh yaitu 1) Olahraga = jalan sehat (tidak ada orang gila ke mana-mana naik motor/mobil, tapi selalu jalan kaki).

''2). Tidak stress = sebab wes kebacut gendeng. 3)Tidak takut panas dan dingin dan membuat imun lebih kuat (virus corona menjauh jika imunnya kuat). 4) Bahagia setiap saat (intensitas tertawa tinggi tanpa sebab) 5) Orang sudah menerapkan social distancing sejak gendeng pertama kali (tidak menggerombol). Juga physical distancing (lebih cenderung menyendiri karena orang lain takut dekat dengan orang gila).

Mungkin itu beberapa hal yang menjadikan imunitas tubuh orang gila sangat tinggi, sehingga sakit sembuh sendiri. Bahkan orang gila tidak pernah mengeluh sakit apalagi sampai mengeluh ke dokter atau BPJS (di dalam tubuh yang kemproh terdapat jiwa yang koplak).

Coba buktikan, sekuat apa jiwa mereka! Dimusuhi tidak balas memusuhi. Dikritik tidak membalas mengkritik apa lagi sampai melaporkan ke polisi dan menjebloskannya ke penjara.

Disakiti fisik tidak membalas menyakiti, bahkan malah cengar cengir ketawa-ketiwi sendiri tapi tanpa selfi. Nah, itulah semua tips & trik anti corona bagi orang gila.

Humorologi

Pada hakikatnya humor tidak selalu lucu. Sama halnya dengan nasi goreng tidak selalu lezat dan lukisan tidak selalu indah akibat langsung terkait selera dan tafsir manusia yang memakan atau melihatnya.

Sebuah lelucon membuat orang tertawa terpingkal-pingkal sampai terguling-guling. Namun lelucon yang sama membuat orang lain merasa tersinggung sampai tega melaporkan sang pembuat dan penyebar lelucon ke polisi.

Maka meme “wong edan” di satu sisi bisa dianggap sangat lucu oleh A, namun di sisi lain dianggap sangat tidak lucu oleh B atau sama sekali tidak berdampak bagi si C, yang tidak mengerti di mana letak kelucuan sang lelucon.

Lelucon “wong edan” dianggap lucu oleh mereka yang gemar bermain dengan logika, namun dianggap sangat tidak lucu oleh mereka yang serius yakin bahwa virus Corona sangat serius, maka tidak senonoh untuk dijadikan bahan lelucon.

Men Sana In Corpore Sano

Terlepas dari lucu-tidaknya meme tersebut, dapat dipetik suatu hikmah yang mengabsahkan kecurigaan bahwa slogan mens sana corpore sano alias di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pada hakikatnya tidak selalu sesuai kenyataan.

Kemelut prahara corona menyadarkan umat manusia bahwa untuk meningkatkan daya tahan tubuh justru dibutuhkan batin yang sehat, tenteram, gembira dan bahagia.

Di luar jiwa yang sehat terdapat tubuh yang sehat menjadi tidak kalah penting ketimbang di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Hitler, Stalin, Nero, Caligula, Al Capone bertubuh sehat-walafiat, namun jiwanya rusak.

Ibu Teresa yang sepanjang hidupnya merawat orang sakit termasuk penderita penyakit menular, senantiasa hidup sehat-walafiat sampai usia 86 tahun.

InsyaAllah, kita masing-masing memiliki batin yang sehat, tenteram, gembira, bahagia penuh kasih sayang ketimbang kebencian demi mampu meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih kuat dalam melawan angkara murka virus Covid-19 yang luar biasa kecil, namun luar biasa ganas itu!

Penulis adalah pendiri Perhimpunan Pencinta Humor dan Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan




Viral, Seorang Terapis Diduga Lakukan Kekerasan kepada Anak Penyandang Autisme

Sebelumnya

Menggratiskan Tes PCR Pasti Mampu Jika Mau

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Jaya Suprana