KOMENTAR

RUPIAH terus menguat menyusul semakin melemahnya catatan perekonomian Amerika Serikat. Berdasarkan perdagangan pasar spot Senin (9/9) pagi, rupiah berada di posisi Rp 14.091 per dollar AS. Posisi tersebut menguat 0,07 persen dibanding penutupan Jumat (6/9) yang berada di angka Rp 14.101 per dollar AS.

Memang, kemarin pagi sebagian besar mata uang Asia melemah terhadap dollar AS. Dollar Singapura, misalnya, melemah 0,01 persen. Sementara dolar Hong Kong melemah 0,02 persen, yen Jepang 0,04 persen, dan baht Thailand di angka 0.09 persen. Yang menguat hanya won Korea Selatan sebesar 0,24 persen.

Pun dengan nilai tukar mata uang Negara maju. Poundsteling Inggris melemah 0,07 persen terhadap dollar AS. Euro melemah 0,11 persen dan dollar Australia melemah 0,13 persen.

Menurut analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, penguatan rupiah disebabkan oleh sentiment yang terjadi di AS. Agustus kemarin, Departemen Ketenagakerjaan AS mencatat jumlah tambahan pekerja baru hanya 130 ribu. Ini lebih kecil dari perkiraan semula yang mencapai 158 ribu pekerjaan.

Makanya, bank sentral AS The Fed menurunkan lagi suku bunga acuannya. Akibatnya, pelaku pasar akhirnya berhati-hati dalam menempatkan investasi dalam bentuk dollar AS.

“Kalau data ketenagakerjaan Jumat malam melebihi ekspektasi, rally rupiah bisa saja tertahan,” jelas Deddy.

Rupiah juga mendapat angin segar dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell, di Zurich pada Jumat (6/9) waktu setempat. Powell mengatakan, The Fed kemungkinan masih akan melonggarkan kebijakan suku bunga acuannya agar tidak mau kehilangan momentum inflasi.

Terakhir, penguatan rupiah juga ditopang dari sisi domestik, utamanya dari data cadangan devisa di angka US$126,4 miliar, atau yang tertinggi sejak Februari 2018.

“Mengingat data ketenagakerjaan ini di bawah ekspektasi pasar dan narasi The Fed seperti ini, bukan tidak mungkin penguatan rupiah mencapai kisaran Rp14.000 atau bahkan ke Rp13.900 per dolar AS. Tapi beberapa kondisi tetap perlu dicermati, seperti rapat The Fed tanggal 18 nanti,” tutur dia.




Memahami Nasib Orang Miskin dan Masa Depan Bangsa Akibat Biaya Kuliah yang Mahal

Sebelumnya

Pemerintah Arab Saudi Larang Jemaah Haji Merekam Video Berdurasi Panjang, Simak Ketentuannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News