KOMENTAR

SEBANYAK 720 ribu pengungsi Rohingya masih tinggal di pengungsi di Bangladesh. Mereka masih dicekam ketakutan untuk kembali ke tanah air mereka. Otoritas Myanmar dinilai sangat lambat mengurus pemulangan para pengungsi tersebut.

Penilaian tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyikapi sikap Myanmar yang ‘dingin’ bahkan memicu rasa frustasi terhadap kembalinya pengungsi Rohingya. Meskipun sudah ada kesepakatan antara Myanmar dan Bangladesh terkait pemulangan sebagian pengungsi, PBB menegaskan pentingnya keselamatan para pengungsi tersebut sebagai syarat utama kepulangan mereka.

Dilansir dari AFP, Guterres menjelaskan ia merasa frustasi karena tidak adanya kemajuan dalam hubungan dengan Pemerintah Myanmar juga bagaimana menyaksikan penderitaan pengungsi. Pemerintah Myanmar menunda kedatangan Komisioner UNHCR PBB Filippo Grandi yang telah dijadwalkan mengunjungi Rakhine bulan ini untuk membicarakan persiapan kepulangan pengungsi.

Meski dukungan terhadap Rohingya diberikan banyak negara di dunia, Cina dan Rusia menolak untuk ikut bernegosiasi dengan Pemerintah Myanmar. Cina yang memiliki hubungan dekat dengan militer Myanmar bersikukuh bahwa krisis di Rakhine terkait dengan kemiskinan, bukan pembasmian etnis Rohingya. Bahkan Pemerintah Myanmar menggambarkan operasi militer mereka sebagai perlawanan terhadap teroris.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News