Menteri Kebudayaan Fadli Zon (kedua kanan) bersama insan perfilman Indonesia pada peluncuran FFI 2025 (1/7). (Instagram/@festivalfilmid)
Menteri Kebudayaan Fadli Zon (kedua kanan) bersama insan perfilman Indonesia pada peluncuran FFI 2025 (1/7). (Instagram/@festivalfilmid)
KOMENTAR

TAHUN ini menjadi momen spesial karena perfilman Indonesia genap berusia 70 tahun. Sebuah usia yang membawa banyak jejak—dari film hitam putih legendaris, era keemasan bioskop, hingga kebangkitan film-film independen yang kini mulai dikenal dunia.

Menandai 70 tahun perjalanannya, Festival Film Indonesia (FFI) 2025 resmi diluncurkan pada 1 Juli lalu. Dengan tema Puspawarna Sinema Indonesia, FFI tahun ini ingin mengajak seluruh insan film dan penonton untuk merayakan keberagaman sebagai kekuatan utama sinema Tanah Air.

Acara peluncuran FFI 2025 yang digelar di Plataran Indonesia diresmikan langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, bersama sejumlah tokoh perfilman nasional. Suasana penuh semangat terasa ketika mereka serempak mengangkat clapper board—simbol khas dunia film—seolah memberikan tanda bahwa film Indonesia siap melangkah lebih jauh lagi.

Peluncuran tersebut mendapat sambutan hangat dari warganet dan komunitas film. Akun Instagram resmi @festivalfilmind langsung dibanjiri komentar positif. Banyak yang antusias menantikan film-film unggulan tahun ini, dan tak sedikit yang bangga melihat FFI tampil semakin matang dan relevan.

Tema Puspawarna bukan sekadar nama manis. Kata ini mencerminkan keberagaman warna, suara, dan cerita yang membentuk identitas film Indonesia saat itu. Dari Sabang sampai Merauke, dari yang tradisional sampai eksperimental, semuanya punya ruang dan layak dirayakan. Lewat FFI 2025, semangat itu ingin ditegaskan kembali. Bahwa film bukan hanya hiburan, tapi juga medium untuk merangkul, menyatukan, dan menyuarakan.

Yang menarik, FFI 2025 bukan cuma soal karpet merah atau seremoni piala. Rangkaian acaranya juga akan diisi dengan diskusi industri, pemutaran film terpilih, dan program edukasi untuk sineas muda. Semua ini adalah bagian dari upaya membangun ekosistem perfilman yang lebih inklusif, sehat, dan berkelanjutan.

Melalui tema dan semangat baru yang diangkat, FFI 2025 mengingatkan kita bahwa sinema adalah cermin dari kehidupan. Setiap film menyimpan cerita, dan setiap cerita punya kekuatan untuk menyentuh hati. Maka, tidak berlebihan kalau FFI tahun ini bukan sekadar festival—melainkan sebuah ajakan untuk terus mencintai cerita sendiri.

FFI hadir bukan hanya untuk memberi penghargaan, tapi juga sebagai ajang refleksi sejauh mana sinema kita telah tumbuh, dan ke mana perfilman Indonesia akan bergerak ke depan.




Mendikdasmen Abdul Mu’ti Raih Gelar Tokoh Pendidikan Nasional dari Forum Fakultas Ilmu Pendidikan Indonesia

Sebelumnya

Kisah Keimita: Siswi Berprestasi Terdampak Zonasi yang Mendapat Dukungan Iwakum

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Horizon