llustrasi perempuan yang merasa bahagia/Freepik
llustrasi perempuan yang merasa bahagia/Freepik
KOMENTAR

PUASA di bulan Ramadan memiliki banyak keutamaan. Tak hanya secara pribadi, yaitu mencegah seseorang dari melakukan maksiat dan dosa tapi juga secara hubungan antara sesama manusia. Yaitu bagaimana orang yang memiliki kecukupan harta dapat berempati terhadap mereka yang kekurangan.

Seorang hamba yang taat akan menjalankan puasa dengan bahagia. Karena memahami bahwa Ramadan yang diisi dengan puasa juga adab-adabnya, akan melahirkan bonus pahala berlipat ganda. Maka tak terasa kepayahan karena tidak makan dan tidak minum.

Bagi orang yang teguh iman dan Islamnya, maka absennya makan dan minum dari subuh hingga menjelang magrib tidak akan dirasakan sebagai beban. Karena mereka memahami salah satu keutamaan puasa adalah meraih dua kebahagiaan yang sangat indah.

Kebahagiaan pertama adalah saat berbuka. Kita boleh membeli makanan dan minuman apa pun, sebanyak-banyaknya untuk berbuka. Namun ketika kita berdoa lalu meminum seteguk air, tanpa kita sangka, segala dahaga dan lapar sirna seketika. Itu tak lain karena kebahagiaan tak terkira yang menyelimuti diri kita manakala azan Magrib berkumandang.

Adapun kebahagiaan kedua adalah ketika kelak kita berjumpa dengan Allah Swt. Dengan penuh suka cita, kita membawa pahala puasa yang kita kumpulkan selama hidup di dunia. Puasa yang kita lakukan dengan segenap keikhlasan. Puasa yang dihiasi tadarus, tarawih, dan tahajud. Puasa yang diwarnai sedekah setiap harinya. Puasa yang jauh dari ghibah dan sumpah palsu. Puasa yang jauh dari menuruti hawa nafsu.

Seperti hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah ra.

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dibalas 10 sampai 700 kali lipat. Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya, sebab orang yang berpuasa itu telah meninggalkan syahwatnya dan makanannya karena Aku.’

“Dan bagi orang yang berpuasa  akan mendapatkan dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan ketika ia berbuka dan kebahagiaan ketika ia bertemu Rabb-Nya. Dan sungguh, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari aroma kasturi.”

Masya Allah Tabarakallah.

Adakah yang lebih membahagiakan dari dua kebahagiaan puasa itu?




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur