Ilustrasi menghadapi kesulitan/Freepik
Ilustrasi menghadapi kesulitan/Freepik
KOMENTAR

SESULIT apakah hidup kita jika dibandingkan dengan nabi-nabi yang menyucikan diri dan memurnikan misi mereka dengan ujian yang teramat berat? Atau saat Nabi Muhammad Saw menghadapi Amul Huzni atau tahun duka cita, ketika istri tercinta wafat dan paman tersayang meninggal dunia? Nabi Adam juga menanggung kepedihan, memiliki dua putera yang saling membunuh lantaran memperebutkan seorang perempuan?

Ada pula Nabi Yusuf yang sejak kecil dibuang ke dasar sumur, dijual jadi budak, lalu difitnah hingga dipenjara. Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup, Nabi Ayyub menderita sakit kulit dan seluruh hartanya ludes.

Para nabi itu tidak pernah mengeluh meski melalui jalan yang terjal. Mereka senantiasa yakin akan ada kemudahan dengan bertawakal kepada Allah.

Kemudian, apakah pantas kita mengeluh dalam menjalani takdir Ilahi? Lantas, bagaimana menyadari betapa sesungguhnya Allah Swt memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya?

Hasan Asy-Syarqawi dalam bukunya Manhaj Ilmiah Islami (1994: 163) menjelaskan, kemurahan dan keluwesan yang menaburkan serta memancarkan cahaya ini meliputi segala sesuatunya. Berbagai hukum fardhiyah, beban syariat (taklif), muamalah, pernikahan, pendidikan jiwa, politik kekuasaan, akhlak, sosiologi, dan sebagainya. Jadi, semua ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya semua menghendaki kemudahan dan keringanan bagi umat manusia.

Firman-Nya:

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu”. (arti surat Al-Baqarah ayat 185)

“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (arti surat Ath-Thalaq ayat 4)

Contoh kemudahan yang Allah berikan kepada manusia ialah diperbolehkannya umat Islam mengqashar dan menjama' salat ketika mereka bepergian. Begitu pula dalam menjalankan ibadah puasa, bila seorang muslim sedang sakit atau bepergian, baginya diperbolehkan untuk mengqadha puasanya.

Demikianlah adanya, betapa agama senantiasa memberikan kemudahan dalam berbagai aspek. Bahkan dalam urusan salat yang merupakan tiang agama, pun keringanan dalam puasa. Jadi, tidak pernah ada kesulitan dalam beragama, karena Islam ini memberikan banyak kemudahan.

Hassan Syamsi Pasha dalam bukunya Menuju Bahagia (2006: 88) menguraikan, Rasulullah Saw, para nabi dan orang-orang saleh, telah diuji dengan ujian yang lebih berat dari ujian yang kita hadapi saat ini. Walau demikian, mereka tetap bersabar dan selalu berlindung kepada Allah.

Di sini, seorang mukmin harus menyakini bahwa semua perkara yang ia hadapi dalam hidup ini adalah baik. Yang demikian itu tidak akan didapatkan, kecuali oleh seorang mukmin.

Allah berfirman: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”. (arti surat Ar-Ra’du ayat 28)

Bersandar kepada Allah bisa dilakukan dengan cara berdoa, beristigfar, salat dan membaca Al-Qur’an. Kita diingatkan untuk tidak termasuk orang yang kembali kepada Allah hanya ketika mengalami kesulitan hidup.

Kehidupan adalah perjalanan yang penuh ujian, tantangan, dan kejutan. Namun bagi seorang mukmin, keyakinannya bahwa setiap peristiwa dalam hidupnya adalah kebaikan yang berasal dari Allah, menjadikan kemudahan hidup sebagai anugerah yang patut disyukuri.

Rasulullah Saw, para nabi, dan orang-orang saleh adalah teladan utama dalam menjalani kehidupan yang penuh ujian.

Sayyid Quthb pada Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Edisi Istimewa Jilid 22 (2004: 173) menjelaskan, kemudahan dalam urusan merupakan puncak yang diharapkan dan dicita-citakan oleh setiap manusia. Sesungguhnya, merupakan kenikmatan yang sangat besar bila Allah menjadikan segala urusan menjadi mudah bagi hamba-hamba-Nya, sehingga tidak ada lagi kelelahan, kesulitan, kerumitan, dan kesempitan.

Para hamba Allah akan menyelesaikan segala urusan dengan mudah dalam perasaan dan takdirnya. Mereka dapat meraihnya dalam gerakan dan amalnya. Mereka pun merasa puas karena kemudahan mendapatkan hasil dan nilainya. Dan, mereka pun hidup dalam segala kemudahan hingga menemui Allah.

Kemudahan dalam urusan merupakan impian setiap insan, menjadi titik puncak kebahagiaan yang diinginkan. Sebuah nikmat yang begitu besar ketika Allah menjadikan setiap urusan hidup menjadi ringan bagi hamba-hamba-Nya. Dalam realitasnya, kemudahan ini menghilangkan kelelahan hidup, dan menciptakan perjalanan yang beriringan dengan kelancaran.

Dan yang paling penting kita pahami, bahwa sesungguhnya Islam mengandung kemudahan bagi insan. Dengan memeluknya sepenuh cinta, maka hidup akan dicurahkan kemudahan yang berbingkai keberkahan. Inilah yang perlu kita percaya!

Hamba Allah yang dihadiahi kemudahan oleh-Nya akan melalui setiap urusan dengan hati yang tenang dan takdir yang penuh keberkahan. Mereka dapat menghadapi setiap tugas dan tanggung jawab dengan mudah, bukan karena keberuntungan semata, melainkan pertolongan dan petunjuk dari Sang Maha Pemurah. Kemudahan ini bukanlah sekadar kenyamanan fisik, tetapi juga mencakup ketenangan batin yang melahirkan kebahagiaan.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur