llustrasi produk nutrasetikal berbentuk gel lunak/Freepik
llustrasi produk nutrasetikal berbentuk gel lunak/Freepik
KOMENTAR

SAAT ini, nutrasetikal telah menarik minat besar pengguna karena kandungan nutrisi dan keamanannya bagi tubuh. Produk ini memilki banyak peran dalam proses biologis, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesehatan, terhindar dari penyakit kronis, dan menunda proses penuaan. Sediaan ini dinilai menjadi langkah aman untuk pencegahan penyakit seperti diabetes, gagal ginjal, dan peredam infeksi.

Produk-produk nutrasetikal belakangan sangat mudah didapat, penjualanannya juga begitu dahsyat. Selain karena gencarnya promosi, kesadaran Masyarakat untuk membangun pola hidup sehat, turut andil pada semakin diliriknya nutrasetikal.

Tejasari pada buku Pola Konsumsi Pangan Versus Kadar Gula Darah (2023: 69) menjelaskan, nutrasetikal terbukti secara ilmiah mampu menimbulkan efek fungsional sehat pada manusia. Senyawanya dapat berupa komponen gizi dan non-gizi.

Salah satu sifat fungsional nutrasetikal yang banyak diteliti sejak abad 19 yaitu hipoglikemik, yang berarti kemampuan menurunkan kadar gula darah atau disebut bersifat antidiabetik, yang bermakna mampu mengendalikan kadar gula darah sehingga menjamin kondisi normal dan mencegah diabetes.

Dalam buku Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer “Kanker” (2017: 108-109), Ridwan Sholihin memaparkan, menurut Stephen De Felice, nutrasetikal adalah bahan pangan atau bagian dari pangan yang memberikan manfaat medis, termasuk mencegah atau mengobati penyakit.

Intinya, nutrasetikal merupakan kombinasi dari fungsi nutrisi dan pharmaceutical, yang terdiri atas herbal, suplemen, dan minuman nutrasetikal.

Penelitian akhir-akhir ini juga mengungkap semakin tinggi perkembangan positif dari berbagai jenis makanan ber-nutrisetikal. Hal ini bisa dilihat dari adanya zat-zat antikanker, zat antioksidan, hingga zat-zat lain yang cukup berperan dalam pengobatan penyakit kanker.

Contoh spesifik adalah alkil sulfida dalam bawang putih, kurkumin dalam kunyit, isoflavon dalam kedelai, likofen dalam tomat, polifenol dalam teh hijau, revesratroldalam kulit buah anggur merah, dan sulforafan dalam brokoli.

Beberapa vitamin dan mineral juga merupakan antioksidan yang sering dipromosikan untuk pencegahan kanker, misalnya beta-karoten, vitamin C, E, dan selenium.

Ini hanyalah salah satu dari sekian banyak daya tariknya. Tapi, Muslim perlu sigap dan paham betul hakikat dari nutrasetikal itu sendiri. Ternyata, cukup banyak titik rawan masuknya bahan-bahan haram, sebagaimana diterangkan pada laman halalmui.org tentang sebab musabab produk-produk nutrasetikal menjadi haram:

Pertama, bahan nutrasetikal bisa berasal dari tanaman, hewan, mikroba, atau sintetik. Titik kritis bahan yang bersumber dari tanaman terletak pada bahan penolong dan zat aditif, seperti lesitin, betaine dari bit gula, herbal, ekstrak tumbuhan.

Titik kritis bahan yang bersumber dari mikrobial terletak pada mikroba, media tumbuh hingga produksi, alat bantu proses, dan aditif. Contohnya probiotik, DHA dari mikroalga, glutamin, vitamin, dan sebagainya.

Sementara itu, titik kritis bahan yang bersumber dari hewan terletak pada jenis hewan, teknik penyembelihan (bila dari hewan halal), alat bantu proses, dan aditif.

Titik kritis bahan yang bersumber dari sintetik/mineral terletak pada bahan tambahan dan bahan penolong. Contohnya kalsium, betaine, mineral dalam bentuk serbuk yang sering ditambah antikempal untuk mencegah gumpalan serbuk. Terkadang juga ada penggunaan zat penyaring seperti karbon aktif.

Kedua, tentang bentuk produk nutrasetikal, berupa kapsul, gel lunak, bubuk, atau tablet. Titik kritis bentuk kapsul dan gel lunak terletak pada sumber bahan pembuat kapsul, seperti gelatin babi atau gelatin sapi dari proses penyembelihan tidak sesuai syariah.

Titik kritis bentuk bubuk terletak pada bahan penggumpal yang berasal dari turunan lemak/minyak, seperti magnesium stearate. Sementara itu, nutrasetikal bentuk tablet yang memiliki sifat kritis pada eksipiennya, seperti penggunaan maltodextrin.

Titik kritis terakhir terletak pada fasilitas produksi jika dibagi dengan produk non-halal. Fasilitas produksi harus didedikasikan untuk memproduksi produk halal. Sekalipun ada produk yang tidak halal, maka harus dipisahkan penggunaannya.

Agama telah mengedepankan faktor kehalalan semata-mata bertujuan agar kita memi.liki kesadaran untuk memperjuangkan prinsip agung tersebut. Sesungguhnya konsumenmuslim mempunyai kekuatan besar untuk menekan produsen, jika produk tidak bersertifikasi halal maka tidak akan dibeli.




Ternyata Siomay Bisa Saja Haram

Sebelumnya

Parsel: Halal atau Haram?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Halal Haram