Ilutrasi bidadari surga/Nikekuko
Ilutrasi bidadari surga/Nikekuko
KOMENTAR

MEMUJI adalah hal yang biasa dilakukan, apalagi terhadap lawan jenis. Tetapi akan sangat luar biasa ketika perempuan terpesona dengan sosok perempuan lainnya, karena sejatinya wanita itu selalu bersaing perihal kecantikan.

“Luar biasa, spek bidadari!”

Sanjungan ini keluar dari mulut setiap perempuan setiap kali wanita itu lewat. Kaum hawa saja demikian berdecak kagum, bagaimana dengan para lelaki?

Perempuan itu memang jelita. Kecantikannya seperti mengandung sihir yang menggegerkan. Decak kagum dari mulut ‘penggemarnya’, kian mmebuat ia bersemangat menebar pesona. Pakaiannya kian minim dan demikian terbuka.

Tentu saja ini bukan cerminan bidadari yang sesungguhnya, ya!

Al-Qur’an pada banyak ayat menerangkan spesifikasi dari bidadari surga. lbnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam buku Tamasya ke Surga (2020: 322) ikut menjelaskan arti Surat As Rahman ayat 70, yang berbunyi:

“Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik."

Khairaatun adalah jamak dari kata khairatun, seperti kata sayyidatun dan layyinatun. Hisan adalah jamak dari kata hasanatun. Maksudnya bidadari- bidadari tersebut baik akhlaknya dan cantik wajahnya.

Khairaatun berasal dari kata khayyiratun, yang memiliki akar kata khayr yang berarti kebaikan. Dengan demikian, khairaatun merujuk pada bidadari-bidadari surga yang memiliki kebaikan akhlak yang luar biasa. Mereka adalah makhluk surgawi yang penuh dengan sifat-sifat mulia, seperti kasih sayang, kesabaran, kejujuran, dan kemurahan hati.

Kebaikan akhlak bidadari surga menciptakan suasana damai. Mereka tidak hanya memiliki kecantikan fisik, tetapi lebih mengandalkan kecantikan batin yang membuat surga menjadi tempat yang penuh dengan kebahagiaan. Kesucian hati dan sikap yang penuh cinta menjadi ciri khas khairaatun.

Hisan, yang berasal dari kata hasanatun, merujuk pada kecantikan fisik bidadari surga. Wajah mereka indah, mempesona, dan memancarkan kecantikan yang luar biasa. Kecantikan fisik bidadari-bidadari ini menjadi bagian integral dari keindahan surga secara keseluruhan.

Kemudian, Syaikh Abdullah Al-Qasimi dalam bukunya Bersama Bidadari Surga dan Kenikmatan Abadi Para Penghuninya (2022: 113) menulis, As-Sa’di berkata, “Begitu juga dengan bidadari, yang tidak memiliki cacat sama sekali. Bahkan yang ada hanyalah kesempurnaan karakter dan penampilan. Semua organ dan anggota tubuhnya yang Anda perhatikan, maka Anda tiada mendapatkan apapun kecuali menyenangkan hati dan menjernihkan pandangan orang yang memerhatikannya.”

Imam Al-Qurthubi berkata, “Hisan, mengandung pengertian keelokan ciptaan. Apabila Allah berfirman, “Hisan, Ialu siapa yang mampu mendiskripsikan kecantikan mereka?”

Di antara pendapat-pendapat tentang pengertian khairat, dalam ayat ini adalah bahwasanya mereka mukhtarat (terpilih). Pendapat ini disampaikan oleh Imam At-Tirmidzi. Al-Khairat, merupakan pilihan-pilihan Allah, di mana Allah berinisiasi menciptakan mereka berdasarkan pilihan-Nya. Pilihan Allah sudah barang tentu tidak sama dengan pilihan Bani Adam.”

Kecantikan para bidadari surga tidak hanya bersifat fisik semata. Lebih dari sekadar penampilan luar, kecantikan mereka mencerminkan kemurnian batin dan ketulusan hati.

Nah, bagi perempuan yang punya spek bidadari, wajahnya dipenuhi dengan cahaya kebaikan dan keimanan, sehingga kendati hidup di bumi tapi perempuan ini menciptakan daya tarik surgawi yang tak terlukiskan.

Surat Ar-Rahman ayat 70 mendefinisikan gambaran indah mengenai spek bidadari, yakni khairaatun dan hisan. Mereka bukan hanya cantik secara fisik, tetapi juga indah dalam kebaikan akhlak. Keduanya bersinergi untuk menciptakan pesona surgawi yang memancarkan kebahagiaan.

Sejatinya, setiap perempuan telah ditakdirkan hadir ke dunia ini bersama dengan anugerah kecantikannya. Tinggal bagaimana setiap wanita itu tampil rapi, berseri, dan mampu memancarkan inner beauty.

Tapi, spek bidadari tidak berhenti kepada kecantikan lahiriah semata. Al-Qur’an menjelaskan betapa akhlak merupakan andalan utama bidadari surga. Kecantikan fisik itu perlu dihargai dalam bingkai martabat yang terhormat dan tidak mengumbar aurat.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur