Bunga yang bermekaran di antara bebatuan yang sudah tidak diselimuti salju Antartika/Net
Bunga yang bermekaran di antara bebatuan yang sudah tidak diselimuti salju Antartika/Net
KOMENTAR

SEBUAH pemandangan mengejutkan terjadi di Antartika. Seolah menemukan kehidupan baru, gunung-gunung es di sana terus mencair dan bunga-bunga pun bermunculan. Padahal sejatinya Benua Antartika merupakan salah satu tempat terdingin di dunia yang permukaannya ditutupi es.

Colobanthus dan Deschampsia, keduanya tumbuh subur dan berhasil melakukan fotosintesis, meski berada di tengah suhu di bawah nol derajat. Kedua tanaman ini berhasil mempercantik wajah Antartika yang sebelumnya didominasi warna putih yang tercipta dari hamparan salju.

Memang lebih terlihat berwarna dan indah, tapi kondisi ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Penelitian terbaru menunjukkan, pertumbuhan dan penyebaranan tanaman yang mirip bunga itu menandakan telah terjadi perubahan selama 10 tahun terakhir.

Apalagi kalau bukan karena pemanasan global yang semakin parah. Suhu Bumi terus naik dan menyebabkan es Antartika terus mencair, dan bunga-bunga menemukan habitatnya di sana.

Lalu ada lagi penelitian yang dilakukan oleh Nicoletta Cannone, profesor ekologi di Universitas Insubria. Mereka fokus melakukan penelitian di Pulau Signy, Kepulauan Orkney, Antartika Selatan. Ia dan tim mendapatkan kesimpulan bahwa populasi kedua spesies tumbuhan menyebar dengan sangat cepat.

“Hipotesis kami adalah perluasan mengejutkan tanaman ini, terutama disebabkan oleh pemanasan udara musim panas,” kata Nicoletta.

Perlu diketahui, tanaman di Antartika membutuhkan suhu hangat untuk bisa tumbuh, sehingga bunga yang mekar lebih cepat dari waktunya memang menandakan adanya pemanasan iklim. Mengutip dari New Scientist, Nicoletta mencatat, pertumbuhan tanaman Deschamsia Antarctica dan Colobanthus quitsis di Pulau Signy, tanaman ini tumbuh lebih cepat dan lebih banyak setiap tahunnya seiring dengan pemanasan iklim.

“Kami berpikir, kami mulai melihat apa yang bisa dianggap seagai perubahan drastis atau titik kritis,” ujar Peter Convey dari British Antarctic Survey.

Pemikiran ini disetujui oleh Matthew Davey dari Asosiasi Ilmu Kelautan Skotlandia di Oban, Inggris. Penelitian ini menunjukkan kecepatan dan seberapa banyak tanaman asli Antartika isa tumbuh. Tidak hanya karena pemanasan iklim, penurunan populasi anjing laut juga mempengaruhi.

“Kondisi ini dapat menganggu stabilitas ekosistem dan keanekaragaman hayati loasi tersebut. Ini berarti, lanskap dan keanekaragaman hayati Antartika dapat berubah dengan cepat,” tuturnya.




IISD Desak Presiden Jokowi Sahkan RPP Kesehatan: Optimalisasi Kesehatan Anak Menuju Visi Indonesia Emas 2045

Sebelumnya

Israel Akan Datang ke Qatar untuk Melanjutkan Perundingan Gencatan Senjata dan Pertukaran Sandera

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News