Ilustrasi krisis populasi di sejumlah negara/Net
Ilustrasi krisis populasi di sejumlah negara/Net
KOMENTAR

KRISIS populasi di sejumlah negara, seperti China dan Jepang, sudah sangat mengkhawatirkan. Negara-negara tersebut tengah mengalami proses penuaan yang lebih cepat, karena generasi mudanya menurun drastis. Padahal, sejumlah kebijakan seperti memberikan insentif dalam jumlah besar kepada perempuan yang melahirkan.

Namun tidak hanya China dan Jepang yang tengah mengalami krisis. Beberapa negara di bawah ini mengalami hal yang sama, padahal sejumlah kebijakan telah diberikan untuk meningkatkan populasi.

1. Bulgaria berikan cuti melahirkan selama 1 tahun

Sekitar 22% dari penduduk Bulgaria berusia lebih dari 65 tahun. Presentase ini merupakan salah satu yang tertinggi di Uni Eropa menurut laporan World Bank. Dalam upaya memutarbalikan pola ini, Bulgaria menerapkan cuti bersalin berdurasi paling lama dengan pembayaran upah penuh.

Diketahui, hanya setengah dari negara-negara berkembang yang tercantum dalam laporan UNICEF memberikan paling tidak enam bulan pembayaran upah penuh kepada ibu yang mengandung.

Namun, meski sudah ada kebijakan yang murah hati ini, Bulgaria tetap diproyeksikan akan kehilangan lebih dari 20% populasinya pada 2050. Karena, walaupun cuti melahirkan cukup panjang, negara tersebut masih banyak kekurangan yang membuatnya tak ramah kepada orang tua.

2. Korsel berikan insentif hingga Rp11,15 juta

Mulai tahun ini, setiap keluarga yang memiliki anak baru lahir memenuhi syarat untuk menerima tunjangan bulanan sekitar Rp11,15 juta. Alasan dari pembayaran besar-besaran itu sederhana, bahwa dalam dua tahun terakhir, 1 dari 5 warga Korea Selatan diperkirakan akan berusia di atas 65 tahun.

Seperti banyak negara lainnya, Korea Selatan menghadapi kesulitan dalam memastikan sistem kesehatan dan kesejahteraan sosialnya siap menampung populasi menua. Masalah ini menjadi semakin besar ketika tingkat kelahiran negara tersebut menurun hingga menjadi terendah sedunia pada 2022.

Maka, pemerintah Korea Selatan mencoba mengatasinya dengan melipatgandakan ‘pembayaran bayi’ hingga tiga kali lipat. Pembayaran ini berlaku untuk setahun penuh, dan ketika anak itu berusia satu tahun, jumlah uang dipotong setengah. Proses tersebut berjalan untuk tahun-tahun berikutnya.

Pembuat kebijakan berharap skema pembayaran ini akan berdampak signifikan bagi permasalahan demografis yang dihadapi Korea Selatan.

3. Jepang sediakan perawat robot untuk manula

Pemerintah Jepang berinvestasi dalam pembantu robot untuk mempermudah hidup manula. Didukung dengan pembiayaan pemerintah, perusahaan-perusahaan Jepang banyak berinvestasi dalam merancang robot dengan wujud anjing dan anjing laut berbulu untuk membantu pengasuh.

Robot-robot ini diciptakan agar dapat memantau pengguna, terlibat dalam percakapan, dan membantu pergerakan.

4. China ganti kebijakan satu anak dengan potongan pajak

Pemerintah China telah menawarkan potongan pajak dan tunjangan kesehatan persalinan sejak mencabut kebijakan satu anak yang kontroversial pada 2016. Kini, pemerintah tersebut memperbolehkan pasangan suami-istri memiliki dua anak. Presiden China Xi Jinping menyebut, pendongkrakan tingkat kelahiran sebagai agenda prioritas pada November 2022. Namun, menaikkan angka kelahiran terbukti lebih sulit daripada menurunkannya.

5. Singapura berikan beasiswa pendidikan seumur hidup

Untuk membantu sektor ketenagakerjaan menangani populasi menua, pemerintah Singapura berinvestasi dalam gagasan berupa pendidikan seumur hidup. Beberapa perguruan tinggi menawarkan alumninya mata kuliah pilihan yang relevan dengan industri mereka hingga 20 tahun setelah mereka lulus.

Warga Singapura juga dapat memanfaatkan skema tunjangan hidup asuransi umur panjang nasional. Program ini memberikan mereka uang bulanan hingga akhir hidup yang kemudian mengurangi risiko hidup lebih lama dari sumber daya pensiun.




Miliki Lebih dari 68 Dapur Umum, World Central Kitchen Kembali Beroperasi di Gaza PascaSerangan Israel yang Membunuh 7 Pekerja

Sebelumnya

Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News