Cipto, pasien obesitas asal Tangerang/Net
Cipto, pasien obesitas asal Tangerang/Net
KOMENTAR

BELAKANGAN ini, banyak pasien obesitas yang mendapat penanganan khusus karena pengobatan yang terlambat. Bahkan, salah satu pasien obesitas asal Tangerang bernama Muhammad Fajri, meninggal dunia karena mengalami syok septic karena infeksi yang sudah menyebar ke seluruh tubuh.

Ini menjadi peringatan bagi orang tua yang sampai saat ini masih terpaku pada berat badan (BB) anak sebagai ukuran kesehatan. Pandangan bahwa, “Anak gemuk adalah anak sehat”, sudah tidak berlaku lagi. Karena pada anak yang berbobot lebih, ada risiko kesehatan di dalamnya, salah satunya diabetes.

“Kalau selagi seseorang itu dengan anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), saya rasa sih (pengobatan obesitas) sudah termasuk bagian dari skema pembiayaan JKN,” kata Kasie Penyakit Diabetes Melitus Kemenkes RI dr Esti Widiastuti dalam konferensi pers, Selasa (11/7).

Esti menegaskan, biaya perawatan akan ditanggung oleh BPJS, walaupun pasien belum memiliki komorbid. Sebab, obesitas juga termasuk penyakit tersendiri tanpa harus ada penyakit penyerta.

“Kalau sudah ada ICD-10, itu namanya penyakit. Jadi nggak perlu komorbid. ICD-10 berarti namanya sudah penyakit, otomatis akan ditanggung (BPJS). Jadi, BPJS itu akan membayar perawatan sesuai ICD-10 atau kode penyakit yang sudah ditetapkan. Tidak perlu ada komorbid,” ujar Plt Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI dr Lovely Daisy, di acara yang sama.

Baru-baru ini, seorang warga asal Tangerang juga menjadi pasien obesitas yang sedang ditangani tenaga kesehatan. Dia adalah Cipto Raharjo (45), berbobot 200kg. Saat ‘ditemukan’, kondisi Cipto sangat memprihatinkan. Ia tidak bisa menggerakkan beberapa bagian tubuhnya akibat kelebihan berat badan itu.

Namun, setelah menjalani perawatan di RSUD Tangerang, kabarnya kondisi Cipto berangsur membaik. Hal ini disampaikan oleh sang kakak, Ristanto.

“Alhamdulillah, kondisinya sudah semakin membaik. Jadi, sebelum dibawa ke rumah sakit tidak bisa makan, cuma minum. Alhamdulillah, beberapa hari kemarin sudah bisa makan dan minum,” aku Ristanto.

Meski begitu, tim dokter menganjurkan Cipto untuk dirujuk ke RSCM. “Kita sudah bertemu dengan dokter spesialis, ujung-ujungnya ya dirujuk ke RSCM,” demikian Ristanto.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News