ilustrasi makanan donut/net
ilustrasi makanan donut/net
KOMENTAR

Bila dilihat dari perjalanan awal mula donat masuk ke Indonesia di tahun 1968 menggunakan brand American Donut .

Hingga berlanjut ke kios donat bernama Dunkin' Donuts, awal mula gerai dibuka tahun 1985 di Jakarta dan popularitas Dunkin' semakin melejit.

Dilansir dari buku Uman Rejo dalam Mendobrak Gastronomi Kultural (2023),  Dunkin' kemudian menjadi penguasa tunggal pasar donut di Indonesia.

Di tahun 2005, hair stylist atau penata rambut ternama Johny Andrean mampu mengusik posisi Dunkin' selama 20 tahun.

Toko donat bermerek J.Co Donuts and Coffee jadi pemain baru di tanah air.  Pemilik gerai salon Joni Andrean itu lebih dulu memasukan toko roti, BreadTalk di Indonesia.

Dalam catatan buku Asia's Star Brands (2006), toko roti ini buatan Singapura. Tetapi di Tanah Air lisesinya dipegang Johny.

Setelah mendulang kesuksesan di BreadTalks dia kemudian ingin mencoba bisnis serupa. Dan, lahirlah toko donat J.Co di Supermall Karawaci Tangerang pada 26 Juli 2005 (sumber lain menyebut 26 Juni 2005).

Keberadaan J.Co tidak terlepas dari perjalanan Johny di luar negeri. Menurut Muhammad Maruf dalam 50 Great Bussines Ideas form Indonesia (2010), selama di negeri orang pria kelahiran Singkawang itu kerap belajar cara membuat donat, dari mulai pembuatan hingga proses penjualannya.

Dan, ketika sampai di Indonesia Johny menerapkan itu semua di J.Co. Maka, tak heran kalau J.Co sangat kental dengan nuansa Barat, khususnya Amerika Serikat.

Nama Johny Andrean kini semakin dikenal bukan sebagai tukan salon saja. Tetapi juga dikenal sebagai pengusaha roti berlisensi Singapore.

J.Co kini sukses menduduki posisi puncak di pasar donat Indonesia. Tercatat, di laman resminya, J.Co kini memiliki ratusan gerai di beberapa negara.

Tercatat hampir 275 gerai di Indonesia, lalu 44 gerai di Filipina, 17 gerai di Malaysia, lima gerai di Arab Saudi, serta tiga gerai di Singapura dan Hongkong. Sedangkan pesaingnya yang lebih dulu eksis, yakni Dunkin' Donuts  per 2022 lalu diketahui hanya memiliki 100-an toko.

 




Din Syamsuddin Jadi Pembicara dalam Sidang Grup Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam di Kazan

Sebelumnya

Buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” Karya Teguh Santosa Hadir di Pojok Baca Digital Gedung Dewan Pers

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News