Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

MASIH ingatkah kita, saat berangkat dari kampung kemarin atau ketika Ramadhan yang lalu, juga saat beribadah haji, kita berjanji akan berubah menjadi lebih baik? Tetapi dalam perjalanannya, proses perubahan itu terkendala batu terjal yang berasal dari dalam diri sendiri.

Batu terjal tersebut adalah kelemahan diri. Dalam proses itu, seringkali selalu muncul pikiran-pikiran yang melemahkan, seperti “Saya tidak bisa kalau bekerja seperti ini”, atau “Saya orangnya miskin, tidak punya apa-apa, gaptek, lelet, dan selalu begini-begini saja.”

Jika sudah begini, janji untuk menjadi pribadi yang lebih baik bisa saja terputus dan tidak akan berlanjut. Sebab sadar atau tidak, kalimat-kalimat melemahkan yang diucapkan secara berulang-ulang, di alam bawah sadar, akan memprogram diri untuk menjadi seperti yang diucapkan.

Padahal, dalam hadis qudsi Allah berfirman, “Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik, itulah yang ia dapatkan. Namun, jika ia berprasangka buruk, itu pula yang ia dapatkan.” (hadis hasan dalam kitab al-Jami ash-Shaghir lis Suyuthi).

Ustadz Salim A Fillah mengimbau agar tidak salah menafsirkan hadis qudsi sesuai dengan prasangka hamba-Nya.  Tidak berpikiran bahwa kita bebas untuk berprasangka, maka Allah akan patuh atas segala prasangka hamba-Nya. 

Maksud dari Allah sesuai prasangka hambanya dapat berupa:

  • Siapa merasa dirinya pendosa dan meyakini Allah Maha Pengampun, niscaya Allah memaafkannya.
  • Siapa merasa rendah di hadapan Allah dan meyakini Dia Maha Tinggi, maka Allah meluhurkannya.
  • Siapa merasa dirinya hina dan meyakini Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya.
  • Siapa merasa dirinya aib dan meyakini Allah Maha Sempurna, niscaya Allah memperindahnya.
  • Siapa merasa dirinya lemah dan meyakini Allah Maha Kuat, niscaya Allah mengokohkannya.
  • Siapa merasa dirinya bodoh dan meyakini Allah Maha Berilmu, niscaya Allah mengajarinya.
  • Siapa merasa faqir di hadapan Allah dan meyakini Dia Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya.

Kerendahan hati manusialah yang mendatangkan pertolongan Allah, maka sudah pasti bahwa berprasangka baik dan bukan dimudahkan untuk melakukan kemungkaran dan perbuatan keji, maka Allah akan membalas prasangka hamba tersebut.

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR Tirmidzi, no 3479)

Dalam hadis lain, Rasulullah Saw pun bersabda:

“Allah berfirman, ‘Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (H.R Muslim).




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur