KOMENTAR

KABAR baiknya sungguh melegakan, ternyata detergen halal sudah banyak beredar di pasaran. Barangkali banyak yang tidak sadar kalau detergen pun ada yang sudah disertifikasi halal. Sepertinya kondisi yang demikian menggembirakan tidak menyisakan lagi kegundahan di kalangan konsumen muslimin. Namun, bukan berarti pembahasan perkara detergen ini sudah tuntas.

Toh detergen hanyalah bahan mencuci pakaian, lantas seberapa penting sertifikasi halal? Apakah itu tidaklah berlebihan?

Pastinya, tidak pernah ada yang berlebihan untuk urusan halal haram. Bahkan jelasnya kehalalan pada detergen berkaitan dengan pelaksanaan shalat. Apa hubungannya?

Abdul Qadir Ar-Rahbawi dalam bukunya Tentang Thaharah: Hukum Air dan Wudhu Seri Fikih Shalat Empat Madzhab (2021: 26) mengungkapkan:

Orang yang salat wajib hukumnya menghilangkan najis dari badan, pakaian, dan tempat shalatnya. Kecuali najis yang dimaafkan karena sulit menghilangkan atau berat untuk menghindarinya. Adapun perintah menghilangkan najis dari pakaian orang yang sedang shalat adalah firman Allah:

Dan pakaianmu, maka bersihkanlah.” (arti surat Al-Muddatsir ayat 4)

Dalam ayat tersebut, yang diperintahkan untuk dibersihkan adalah pakaian. Tetapi, perintah untuk menghilangkan najis dari badan adalah lebih penting lagi, karena badan lebih utama untuk dibersihkan daripada pakaian.

Tujuan menghilangkan najis dari tempat orang yang shalat adalah untuk memperindah tempat shalat sebagai tempat bermunajat kepada Tuhannya. Dalam hal ini, tempat sama posisinya dengan pakaian.

Tubuh memang harus suci dari bahan-bahan najis, begitu pun dengan pakaian yang kita kenakan untuk salat tentu haruslah suci, bahkan tempat pelaksanaan shalat pun mesti suci juga. Detergen sudah dikenal sebagai pembersih tetapi belum tentu menghasilkan sesuatu yang suci.

Selama ini peran pembersih itulah yang lebih banyak mengemuka dan dikenali oleh masyarakat. Dalam sejarahnya pun, detergen hadir ibarat keajaiban yang menolong umat manusia dalam urusan mencuci pakaian.

Damin Sumardjo dalam buku Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran (2009: 630) menerangkan:

Sabun telah ribuan tahun dimanfaatkan untuk kepentingan manusia terutama sebagai bahan pencuci. Akan tetapi, sejak tahun 1950, dominasi sabun ternyata dapat didesak oleh detergen.

Produk samping industri petrokimia ini dalam beberapa hal memang lebih menguntungkan daripada sabun. Keuntungan detergen dibandingkan dengan sabun ialah detergen dapat dipergunakan dalam air sadah, yakni air yang mengandung ion-ion kalsium atau ion-ion magnesium.

Detergen itu sendiri adalah campuran dari beberapa bahan kimia, yakni zat pembersih utama yang dikenal sebagai surfaktan (surface active agent), bahan pengawet busa yang dikenal sebagai builder, bahan pemutih atau bahan pengelantang, bahan pewarna, bahan pengisi, dan bahan-bahan yang dapat menghalangi kotoran masuk lagi ke dalam barang-barang yang sudah dibersihkan.

Sampai di sini sudah tergambar bagi konsumen muslim urgensi dari sertifikasi halal dari detergen pakaian. Lantas apa saja titik kritis dari detergen tersebut?

Kutipan di atas sudah menerangkan bahan-bahan baku yang membentuk detergen, nah pada setiap bahan itu pula terdapat berbagai kerawanan.

Pada laman resmi halalmui.org diuraikan bahan kritis yang dapat dikandung detergen, di antaranya:

  1. Surfaktan

Surfaktan merupakan bahan utama dalam deterjen yang bersifat menurunkan tegangan permukaan sehingga berfungsi untuk melepaskan kotoran atau noda. Jenis surfaktan dewasa ini banyak pilihan. Sumber bahannya bisa berasal dari turunan minyak atau lemak. Sumber minyak atau lemak inilah yang perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan disembelih secara syar’i.

  1. Enzim

Enzim digunakan sebagai aditif dalam deterjen untuk membantu meningkatkan daya bersih selain surfaktan. Jenis enzim yang digunakan dalam deterjen adalah lipase, protese dan amilase.

Titik kritis enzim terdapat pada sumber enzim tersebut, bisa berasal dari tanaman, hewan maupun proses mikrobial. Apabila enzim berasal dari hewan, maka perlu dipastikan berasal dari jenis hewan yang halal dan disembelih secara syar’i. Dan apabila enzim tersebut berasal dari mikrobial, maka media pertumbuhannya bukan berasal dari bahan haram atau babi.

  1. Fatty acid dan soap base

Fatty acid dan soap base digunakan dalam beberapa produk detergen terutama untuk jenis detergen yang low suds. Bahan ini berfungsi selain meningkatkan daya bersih juga menurunkan busa, yang dibutuhkan untuk jenis mesi cuci bukaan depan. Soap base merupakan reaksi antara minyak dan atau lemak dengan basa kuat.

Sumber bahan fatty acid dan soap base bisa berasal dari turunan minyak atau lemak. Sumber minyak atau lemak inilah yang perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan dengan disembelih secara syar’i.

  1. Parfum dan solubilizer

Parfum berfungsi sebagai pengharum merupakan kompleks, dan bisa terbuat dari ratusan bahan yang sumbernya harus jelas. Parfum merupakan bahan aditif yang vital dalam detergen karena sebagai penambah daya tarik sehingga cucian menjadi wangi. Bahan ini merupakan bahan yang kompleks, bisa terbuat dari ratusan bahan yang sumbernya harus jelas. Oleh karenanya, parfum ini harus sudah mempunyai sertifikat halal. 

Solubilizer merupakan bahan yang membuat seluruh komponen penyusun dapat menyatu atau disebut juga emulsifier. Pada umumnya dibuat dari derrivative fatty acid yang bisa dimungkinkan berasal dari sumber turunan minyak lemak. Oleh karenanya, perlu dipastikan berasal dari hewan halal dan dengan disembelih secara syar’i.




Pig Skin yang Sedang Viral, Halalkah Dipakai untuk Umat Muslim?

Sebelumnya

Ternyata Siomay Bisa Saja Haram

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Halal Haram