KOMENTAR

KAUM Muhajirin langsung menghadapi cobaan saat baru saja bermukim di kota Madinah, mereka dijangkiti oleh wabah penyakit yang menyebar dengan cepatnya. Satu per satu sahabat Rasulullah saw. bertumbangan diserang demam tinggi.

Beruntunglah Nabi Muhammad memiliki istri yang sangat peka dengan lingkungannya. Aisyah menyadari suaminya sudah memikul beban teramat berat sebagai pemimpin umat. Sehingga sang Humaira dengan telaten mendatangi orang-orang Muhajirin yang jatuh sakit dan memperhatikan kebutuhan mereka. Kemudian Aisyah berperan aktif mencarikan solusi sebelum wabah menelan lebih banyak korban.

Salih Suruc pada bukunya Best Stories of Abu Bakar As-Shiddiq (2015: 175) menerangkan:

Kaum muslimin yang lahir di Mekah dan besar dengan iklim gurun mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan atmosfer Madinah. Ketika belum mampu menyesuaikan diri, saat itu sedang menyebar wabah demam yang menular dan mematikan penduduk kota itu.

Akhirnya, banyak dari mereka yang terkena penyakit ini dan harus terbaring di tempat tidur. Kaki mereka menjadi lemah sehingga tak mampu berdiri dan terpaksa duduk ketika melaksanakan shalat.

Aisyah amat bersyukur Nabi Muhammad terjaga dari wabah penyakit yang sedang merebak. Akan tetapi kondisi sehat suami tidak mengabaikan dirinya dengan keselamatan umat Islam.

Apalagi korban kebanyakan dari pihak Muhajirin yang secara fisik belum siap menghadapi kondisi Madinah yang iklimnya lembab dibandingkan Mekah. Sehingga para Muhajirin itu pun rentan terkena penyakit.

Mahdi Rizqullah Ahmad dalam buku Biografi Rasulullah (2017: 397) menceritakan:

Sesampainya di Madinah, kaum Muhajirin sempat diserang beberapa penyakit. Namun demikian, Allah telah memelihara Rasul-Nya, Muhammad saw. dari penyakit tersebut.

Abu Bakar dan Bilal sempat terkena penyakit ini. Ketika rasa panas dingin menjalari tubuhnya, Abu Bakar berkata,

Setiap orang pasti akan mendapatkan cobaan;

sedangkan kematian lebih dekat daripada tali terompahnya.”

Sedangkan Bilal, ketika rasa demam dan panas dingin itu mulai hilang, ia mengeraskan suaranya dan berkata,

Oh seandainya, apakah kalian akan tidur di lembah pada malam ini; 

karena di sekelilingku hanya ada rerumputan dan tumbuh-tumbuhan kecil;

apakah hari ini kalian menginginkan air dari sumbernya?

dapatkah kalian memperlihatkan kepadaku mata air Syamah dan Thufail?

Alangkah indahnya syair-syair itu, yang mengagumkan dalam kondisi sakit pun mereka mampu merangkai kalimat nan indah. Sekalipun dilanda sakit yang parah, syair-syair mereka tetap mengggambarkan ketabahan dan sikap optimis yang tidak pernah lekang oleh ujian kehidupan.

Kabar cobaan yang tengah melanda kaum muslimin pun sampai kepada musyrikin Quraisy di Mekah. Para penyembah berhala itu sontak bergembira dan tidak ketinggalan melontarkan ejekan.

Mahdi Rizqullah Ahmad (2017: 398) menceritakan: 

Memang Madinah terkenal sebagai kota yang sering terjangkit wabah demam. Dengan peristiwa yang menimpa muslimin Madinah tersebut, kaum musyrikin Mekah mencela muslimin Madinah, “Para pengungsi telah datang kepada kalian. Kini mereka terserang demam Yatsrib.”

Istilah demam Yatsrib biasa disebut bangsa Arab bagi orang-orang yang terkena penyakit saat berada di kota itu. Jadi, sejak dahulunya, ketika masih bernama Yatsrib wabah penyakit sudah sering melanda.

Dan kini kaum Muhajirin ikut terkena penyakit yang sayangnya dijadikan bahan cemoohan oleh kaum Quraisy. Ini jelas sikap yang sangat tidak terpuji, padahal sebelumnya Rasulullah membantu mereka tatkala mengalami kemarau atau paceklik yang parah.

Makin hari kian bertambah orang-orang Muhajirin yang jatuh sakit, bahkan kondisi mereka cukup kritis. Mertua Rasulullah saw. yang juga ayahanda Aisyah termasuk yang mengalami kondisi yang sangat berat.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah