Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

Begitulah uniknya cara pandang yang bijak terhadap cemburu, yaitu melihatnya dalam bingkai keragu-raguan. Artinya, jangan pernah benar-benar percaya dengan rasa cemburu itu, karena yang paling diutamakan adalah berpikir jernih di setiap kali muncul kecemburuan.

Ketika rasa cemburu berkobar-kobar maka segeralah meragukannya, karena jika langsung meyakininya, muara kecemburuan itu berpijak di atas prasangka.

Pada sisi lain, cemburu juga menyumbangkan dimensi positif, termotivasi lebih memerhatikan, mencintai pasangan, dan gairah untuk membahagiakan dengan kasih sayang yang terindah.

Ada yang terpuji, di satu sisi dan ada pula yang tercela, demikianlah Allah menciptakan keseimbangan dalam kehidupan. Tinggal bagaimana manusia itu sendiri yang memilih di sisi mana mereka akan berdiri tegak. Kendati hanyalah perkara kecemburuan, tetapi nilai kemanusiaan kita akan teruji ketika berkomitmen menata perasaan itu di sisi yang terpuji.




Belajar dari Kesabaran Ibrahim dan Keikhlasan Ismail: Refleksi Hikmah Iduladha di Zaman Now

Sebelumnya

Wukuf di Arafah: Momentum Suci Menuju Haji Mabrur

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur