Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SIAPAPUN butuh penghargaan juga pengakuan atas eksistensi dirinya.  Tak terkecuali kaum hawa yang kian hari semakin disibukkan oleh beragam jenis kontes untuk memilih yang utama. Sayangnya, berbagai kontes itu berkisar di sekitar urusan fisik belaka. 

Hasil kontes itu tidak bernilai apa-apa di hadapan Allah Swt. Islam menawarkan persaingan yang lebih menantang, yaitu perempuan dunia bertanding dengan bidadari surge.

Pada banyak ayatnya, Al-Qur’an menerangkan banyak kelebihan bidadari. Mulai dari keelokan paras yang bersifat abadi, mata nan jeli, rambut berkilau seperti mutu manikam, hingga kebeningan kulitnya umpama mutiara. Bidadari itu juga penuh cinta, bergairah, mengasihi. Hebatnya, mereka terus muda belia. 

Ketika bidadari memiliki segala kelebihan, sedangkan wanita tetap saja manusia yang serba kekurangan, adilkah persaingan ini?

Tentu saja tetaplah adil dan juga menarik. Karena Islam tidak pernah mengukur pada ragawi. Keindahan spesial bisa membuat wanita dunia lebih unggul, sehingga bidadari pun terpaksa gigit jari.

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah pada bukunya Raudhatul Muhibbin (2016: 272) menceritakan, Ummu Salamah bertanya, “Manakah yang lebih utama, wanita di dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Rasul menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari bermata jeli. Seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tak tampak.”

“Wahai Rasulullah, mengapa bisa begitu?”

Rasulullah menjawab, “Itu semua disebabkan salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah telah memakaikan pakaian cahaya di wajah mereka dan pakaian sutra di tubuh mereka.” 

Kehadiran Allah bisa dirasakan saat melihat perempuan yang wajah sucinya memancarkan cahaya takwa. Itulah perempuan yang lebih unggul dari bidadari surga.

Sentuhan iman

Secara tersirat Rasulullah mengingatkan, jangan pernah terjebak menilai pada yang tampak oleh mata belaka. Adakalanya keindahan hakiki justru belum terungkap oleh pandangan, dan lebiih diperlukan ketajaman naluri serta kejernihan hati dalam mencernanya.

Itulah pesona jiwa pada wanita yang gemar ibadah, sehingga akhlak sempurna, wajahnya berseri, dan aura yang menawan hati. Kesederhanaan fisik justru menjadi istimewa dengan sentuhan iman di sanubarinya.

Rabi’ah al-Adawiyah bertubuh kurus kering, jauh dari kesan seksi. Namun, kenapa banyak pria terhormat mendamba cinta perempuan sufi yang ahli ibadah itu? Dan mereka harus kecewa karena Rabi’ah sudah cinta sempurna pada Maha Pecinta, Allah Swt. Tiada tempat bagi cinta Rabi’ah selain cinta-Nya.

Lantas dari manakah datangnya pesona? Ketika kecemerlangan daya tarik fisik tidak melekat pada dirinya? Sesungguhnya cahaya itu memancar dari kesucian hati, dari cahaya takwa.

Rabi’ah wanita salehah yang gemar beribadah, setiap desah napasnya adalah cinta pada Tuhan. Ketika Allah telah meninggikan derajatnya, bagaimana mungkin manusia tidak tergila-gila? Keagungan ilahiah yang membuat wanita dunia lebih utama, jauh mengalahkan bidadari surga. 

Yang tersembunyi

Rasul menyebutkan salah satu dari tiga kunci keberuntungan laki-laki, yaitu istri salehah. Ciri-cirinya, jika dipandang bertambahlah rasa sayang, jika berpergian hati merasa aman meninggalkannya, karena bisa menjaga kehormatan diri dan harta. Istri salehah mampu menghadirkan suasana damai surgawi di rumah tangga. Ketiga ciri ini tidak sanggup dilakukan bidadari surga.

Wanita salehah di dunia akan menjadi bunga utama di surga nanti. Kematangan iman menaikkan citranya di hadapan Allah, apalagi di mata makhluk ciptaan-Nya.

Saat ini, sebelum bertakhta di surga, wanita salehah adalah bidadari terindah di dunia. Anugerah teragung itu adalah perempuan salehah yang menjadi pilihan jiwa. Kehadirannya didamba, dirindu dan dicintai oleh laki-laki pilihan. 

Kelebihan lain dari wanita dunia adalah bisa melahirkan generasi unggulan. Lagi-lagi, bidadari surga tidak akan memberikan keturunan, secantik apapun mereka.

Menjadi istri salehah dengan segala tantangannya adalah kenikmatan yang menggiurkan pahalanya. Ibu rumah tangga adalah peran mulia yang meninggikan derajat kaum hawa.

Kendati dengan segala keterbatasan fisik, wanita salehah justru berpeluang besar menggapai posisi lebih utama. Segala aktivitas, bahkan hanya seulas senyuman atau sebuah elusan sayang, besar nilainya.

Keagungan wanita salehah membuat bidadari surga cemburu. Atas ibadah mulianya sebagai istri dan ibu: berupa pengorbanan yang tulus, perjuangan hidup mati dan kesetiaan yang sempurna, semuanya terbingkai indah dalam niat ibadah.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur