BUKAN karena kasus COVID-19 sedang tinggi, warga di Bangkok, Thailand diminta untuk beraktivitas dari rumah saja (WFH). Penyebabnya adalah tingkat polusi udara yang kian gawat.
Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt, dalam sebuah pernyataan pada 24 Januari 2023 mengatakan, pemerintah akan mengawal berbagai kegiatan yang menimbulkan asap maupun debu. Pembakaran di luar ruangan dan pembakaran yang berasal dari mesin truk, termasuk dalam perhatian utama.
Karenanya, sekitar 10 juta jiwa disarankan untuk WFH dan menggunakan transportasi publik jika ingin keluar rumah.
Kualitas udara di Ibukota Tahiland itu memang sedang tidak baik-baik saja. Otoritas setempat mengingatkan bahwa partikulat atmosfer (PM) 2.5 sedang tinggi di Thailand, terutama Bangkok. Angka tersebut merupakan polutan udara berukuran sangat kecil, sekitar 2,5 mikron. Jika partikel tersebut terhirup, sama saja warga menghirup ribuan polutan.
Polusi udara biasanya semakin memburuk di musim kemarau, yaitu sekitar Desember sampai Februari. Karenanya, pemerintah setempat mulai memonitor level polusi di Bangkok dengan lebih intensif hingga akhir Februari mendatang.
Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya pasien yang dirawat di rumah sakit. Angkanya mencapai 213 ribu pada akhir Januari. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan pekan sebelumnya, 96 ribu pasien. Begitu diungkap Opas Karnkawinpong dari Kementerian Kesehatan Thailand.
Sementara, untuk sekolah-sekolah di kota masih memungkinkan untuk dibuka seperti biasa.
Polusi udara di kota lain
Beberapa kota lain di sebelah utara Thailand dan dekat dengan Bangkok, juga masih menghadapi kualitas buruk. Menurut Kementerian Kesehatan Thailand, level PM 2.5 di Bangkok dan 23 kota lainnya termasuk dalam daftar kurang sehat.
Pihak kementerian juga akan memonitor level kualitas udara dengan ketat di 77 provinsi di Thailand. Mereka akan membuka pusat operasi darurat begitu mengetahui ada provinsi yang kualitas udaranya mencapai level kurang sehat.
KOMENTAR ANDA