KOMENTAR

Keesokan harinya mereka berangkat ke tempat pertemuan kaum Quraisy, Zuhair bin Abi Umayyah datang dengan membaguskan penampilannya. Ia melakukan tawaf tujuh kali, setelah itu menemui orang-orang di tempat pertemuan. Katanya, “Wahai penduduk Mekah, bagaimana mungkin kita tega makan dan berpakaian, sementara Bani Hasyim binasa, tak boleh melakukan jual beli? Demi Allah, aku tak akan tinggal diam sampai bisa merobek piagam boikot yang telah memutus silaturahmi dan menyebarkan kezaliman!”

Abu Jahal menyahut, “Engkau telah berbohong! Jangan coba-coba merobek piagam itu!”

Zam’ah bin Aswad berkata, “Demi Allah! Engkaulah yang pembohong! Sejak awal penulisannya, kami sudah tak setuju.”

Al-Bakhtariy ikut bicara, “Zam’ah benar! Kami tak rela dengan apa yang ditulis di piagam itu dan tak menyetujui isinya.”

Muth’im bin Amru berkata, “Kalian berdua benar, dan orang yang berkata selain itu dusta! Kami berlepas diri dari piagam itu berikut isinya.”

Selanjutnya, Muth’im bangkit untuk merobek piagam boikot itu. Ternyata didapatinya piagam itu sudah habis dimakan rayap, kecuali kata “Bismika Allahumma.” Penulis piagam itu adalah Manshur bin Ikrimah. Konon usai menuliskan perjanjian itu, tangannya lumpuh.

Terpujilah upaya kelima pejuang kebenaran itu yang berani melawan kezaliman para bangsawan Quraisy, meskipun risiko besar mengintai keselamatan mereka. Dan ternyata Allah Swt. lebih dulu bertindak, dengan ludesnya kertas itu diterkam rayap maka berakhirlah masa pemboikotan yang menyedihkan.

Di balik keperihan di masa boikot, juga ada kecemerlangan yang makin menggelisahkan kaum Quraisy, Firas Alkhateeb (2016: 32) memaparkan:

Terlepas dari upaya-upaya suku Quraisy, justru ada semakin banyak orang yang memeluk Islam. Boikot juga memperlihatkan kekuatan ikatan dalam komunitas yang masih muda ini, karena mereka yang bukan bagian dari klan Bani Hasyim bersedia mengorbankan kekayaan serta keselamatan masing-masing demi membantu saudara seiman yang dizalimi.

Dalam kasus ini, salah satu konsep inti dalam Islam—bahwa kesetiaan terhadap agama melampaui kesetiaan terhadap suku atau keluarga—ditunjukkan dengan sangat jelas.  

Demikianlah sikap hidup pribadi muslim, tidak ada ujian yang buruk, melainkan ada mutiara hikmah yang terselip di baliknya. Para pendukung Nabi Muhammad kembali ke kediaman masing-masing, boikot sudah berakhir tetapi ujian berat bagi Rasulullah belum selesai.




Belum Ada Perang Seunik Perang Ahzab

Sebelumnya

Mukjizat Nabi pada Periuk Istri Jabir

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Sirah Nabawiyah