KOMENTAR

SAMPAI-SAMPAI sejarah menyebut Baiat Aqabah Pertama yang legendaris itu sebagai Baiat Nisa (baiat atau sumpah setia perempuan), karena ada seorang muslimah yang turut serta dalam perjanjian memeluk agama Islam dan membela Nabi Muhammad. Dia adalah Afra binti Ubaid.

Semua peserta Baiat Aqabah ini dipuji Allah Swt. dan Rasulullah (termasuk Afra binti Ubaid). Karena mereka berikrar di tengah kepungan risiko nan berat, teramat berbahaya malahan untuk diikuti oleh seorang bahkan satu-satunya perempuan.

Ketika itu Afra bin Ubaid ikut rombongan dari Yatsrib (sebelum berubah nama menjadi Madinah) berziarah ke Ka’bah. Maka telah terdengar olehnya tentang agama tauhid yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad saw.

Singkat cerita, Afra bersama rombongannya sepakat memeluk agama Islam, bahkan mereka mengadakan baiat kesetiaan terhadap Rasulullah.

Faisal Ismail dalam buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XII M) (2017: 156) menguraikan:

Terjadi pada tahun ke-12 kenabian (621 M); mereka berjumlah 12 orang pria dan seorang wanita, mengadakan pertemuan dengan Nabi Muhamamd saw. di Aqabah. Di sini, mereka membuat perjanjian dengan Nabi Muhammad saw. yang terkenal dengan perjanjian Aqabah Pertama.

Perjanjian Aqabah Pertama ini dalam sejarah Islam terkenal pula dengan sebutan Perjanjian Wanita, karena ada seorang wanita bernama Afra binti Ubaid bin Tsa’labah ikut di dalam perjanjian tersebut.

Sumpah setia yang diikrarkan oleh Afra bukanlah berupa kemegahan acara sumpah jabatan pejabat yang berlimpah kemeriahan. Baiat Aqabah berlangsung di tempat terpencil di pinggiran Mekah, diselimuti kesepian dan dinaungi kegelapan malam nan pekat.   

Tidak ada kompensasi duniawi yang diharapkan Afra dan segenap peserta Baiat Aqabah lainnya, malahan sumpah setia itu membawa mereka pada ancaman marabahaya, karena kemurkaan musyrikin Quraisy akan menimpa mereka dalam bentuk kekejian yang mengerikan.

Afra paham sekali dengan risiko dari suatu sumpah setia kepada Nabi Muhammad yang nyawanya akan menjadi incaran musuh-musuh agama.

Lalu, apakah kandungan dari baiat yang spektakuler tersebut?

Ibnu al-Jauzi dalam Ensiklopedia Sahabat (2005: 83) menguraikan:

Di antara kedua belas orang yang berangkat adalah Ubadah bin Ash-Shamit. Ubadah berkata, “Kami berbaiat kepada Rasulullah pada malam Aqabah Pertama. Baiat kami adalah untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kami, tidak mendatangi kebohongan yang kami reka-reka di antara tangan dan kaki kami, dan tidak melanggar beliau di dalam hal yang makruf. Jika kalian memenuhi hal tersebut, maka kalian berhak untuk mendapatkan surga. Namun, apabila kalian melalaikan sesuatu darinya, maka nasib kalian tergantung kepada Allah. Jika berkehendak, maka Dia akan memberikan ampunan. Jika tidak maka Dia akan menimpakan azab.”

Baiat Aqabah Pertama inilah yang menjadi embrio atau bisa juga disebut cikal bakal menuju peristiwa besar yang disebut hijrah.

Baiat yang pertama ini merupakan tonggak bersejarah dalam perkembangan Islam meluas ke luar Mekah, lalu menyebar ke seluruh dunia. Dan yang tak kalah menarik, adanya keterlibatan perempuan di dalam sumpah setia ini.

Bagaimana Afra membuktikan janji setianya terhadap Islam?

Ahmad Khalil Jam’ah dalam bukunya Putri-Putri Sahabat Rasulullah (2022: 116) menjelaskan:

Afra binti Ubaid merupakan wanita terkenal di dunia kaum wanita, karena ketujuh anak laki-lakinya adalah tentara-tentara Allah dan Rasul-Nya di perang pertama yang dilakoni kaum muslimin di jihad perang di Badar.

Selain itu, Afra termasuk wanita-wanita yang berbaiat kepada Rasulullah. Ya, Afra termasuk wanita yang menggondol kemuliaan dan kebanggaan, yang tidak diperoleh selain dirinya di Islam, bahkan sejarah dunia tempo dulu dan sekarang. Betapa mulianya wanita tersebut!

Bukan hanya pandai berjanji, Afra juga benar-benar memberikan bukti. Dia melahirkan tujuh orang putra, dan semuanya dipersembahkan dalam perjuangan membela agama Allah, mati dalam kesyahidan mulia. Melahirkan dan membesarkan tujuh anak saja bukanlah perkara gampang, apalagi mengikhlaskan mereka semua syahid di jalan Allah Swt. tentulah butuh kekuatan jiwa yang luar biasa.

Sungguh menakjubkan peran yang dibaktikan oleh Afra: Pertama, dirinyalah perempuan pertama berbaiat sumpah setia terhadap Rasulullah, meski risiko besar mengancam keselamatannya.

Kedua, ketika kembali ke Yatsrib (Madinah), dia turut berjuang dalam syiar Islam hingga dapat menjadi negeri yang terpilih untuk hijrah.

Ketiga, mendidik tujuh putranya mencintai agama tauhid, sehingga seluruhnya syahid di medan jihad dan Afra pun mengikhlaskannya. 

Mari bertanya pada diri sendiri; pernahkah kita bersumpah setia kepada Allah Swt. dan agama-Nya?




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur