Ilustrasi temperatur udara rendah. (colliers)
Ilustrasi temperatur udara rendah. (colliers)
KOMENTAR

INDONESIA kembali mengalami fenomena bediding pada Agustus 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu dingin ini bukan pertama kalinya terjadi tahun ini—fenomena serupa sempat dirasakan pada awal Juli, terutama di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, ketika udara menusuk tulang terasa sepanjang pagi hingga malam.

“Fenomena bediding merupakan istilah lokal yang menggambarkan kondisi udara yang sangat dingin, terutama dirasakan saat malam hingga pagi hari,” jelas Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, Jumat (15/8) dikutip dari Kompas.

“Umumnya terjadi selama puncak musim kemarau, yaitu pada Juli hingga Agustus,” lanjutnya.

Suhu dingin terasa paling kuat di daerah dataran tinggi seperti Dieng, Bromo, dan Ruteng. Namun, wilayah yang terdampak tidak terbatas di sana. BMKG mencatat fenomena ini merata di sebagian besar wilayah selatan khatulistiwa, meliputi Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Mengapa Bisa Terjadi?

BMKG mengidentifikasi beberapa penyebab utama:

  1. Angin Monsun Dingin Australia – Angin timuran kering dan dingin yang bertiup dari Australia pada Juni–Agustus.
  2. Langit Cerah Tanpa Awan – Radiasi panas dari permukaan Bumi cepat hilang di malam hari, membuat udara mendingin drastis.
  3. Kelembapan Rendah – Udara kering tidak menyimpan panas seefektif udara lembap, sehingga suhu mudah turun.

Menurut Andri, kondisi ini diperkirakan bertahan hingga awal September 2025, seiring puncak musim kemarau di wilayah selatan Indonesia.

Di Jawa Barat, fenomena ini juga dirasakan warga Bandung Raya. Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, menjelaskan bahwa masuknya musim kemarau membawa angin dingin dan kering, mengurangi tutupan awan konvektif. Akibatnya, panas matahari siang hari cepat dilepaskan pada malam hingga dini hari.

“Suhu minimum hari ini, 15 Agustus 2025, tercatat di Stageof Bandung 17,2°C dan di POG Lembang 14,4°C—cukup dingin tetapi masih dalam kisaran normal bulan Agustus,” ungkap Teguh.

Ia mengimbau warga untuk mengantisipasi udara dingin dengan mengenakan jaket, minum air hangat, dan selalu memantau informasi cuaca resmi BMKG. Teguh juga mengingatkan potensi angin kencang dan hujan yang dapat menyebabkan genangan, banjir, hingga longsor.

Fenomena bediding memang rutin hadir saat kemarau, namun memahami penyebab dan cara mengantisipasinya dapat membantu masyarakat tetap nyaman dan aman di tengah suhu yang menusuk tulang.

 




Pimpinan Pengajian Umi Cinta Bantah Jual Tiket ke Surga

Sebelumnya

Hebohkan Dunia Maya, Pemkot Bekasi Segera Panggil Umi Cinta

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News