Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

BUKANNYA takut gelap, tetapi setiap kali malam menjelang perempuan itu nyaris tidak bisa memejamkan mata. Baginya keheningan malam hanyalah keperihan yang alang kepalang.

Untung pula dirinya punya keahlian khusus, yang membuat dirinya bisa bekerja freelence dan memiliki kesibukan dalam menghabiskan malam nan mencekam. Lalu apa persoalan yang menghinggapi gadis semanis madu itu?

Penyebabnya adalah luka hati.

Pada malam-malam panjang dirinya terjaga, batinnya merana. Bayang-bayang keperihan masa lalu terus menghantui dan menorehkan keperihan yang menyakitkan. Masa kecilnya yang suram dalam keluarga broken home, begitu pula kekerasan berkepanjangan yang dialami dari lingkungan pergaulan.

Jelas gadis itu tidaklah sendirian. Banyak sekali orang yang terperangkap dalam keperihan luka-luka masa lalu. Mereka tidak menginginkannya tetapi kejadian kelam itu seperti menghantui.

Syukurnya, Nabi Muhammad saw. melalui sabda sucinya pernah mewariskan sebuah doa yang indah.

M. Nasib ar-Rifa’i pada kitab Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir (1999: 980) menerangkan:

Diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir dalam biografi Rawahah binti Abi Amr al-Auza’i dengan sanadnya dari Abu Umamah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Katakanlah, ‘Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang dan keimanan akan pertemuan dengan-Mu, rida atas ketentuan-Mu, dan rasa puas atas pemberian-Mu.”

Doa ini diajarkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw. yang luar biasa dahsyat cintanya terhadap umat. Inilah doa yang hendaknya menjadi obat bagi hati yang masih terluka akibat lara di masa lalu.

Kunci utama dari doa tersebut ialah mendapatkan jiwa yang tenang. Seperih apapun luka itu dapat dihadapi dengan kekuatan jiwa. Orang yang kuat tidak takut terluka dan mampu menjalaninya dengan tenang.

Berikutnya dinyatakan pula harapan berbalut keyakinan akan pertemuan dengan Tuhan. Mari buat contoh sederhana, tentang seorang anak yang dibully oleh temannya, maka anak itu merasa kuat sebab akan bertemu dengan orangtua yang mengasihinya. Demikianlah pula kita yang tengah terluka, dapatlah berlapang hati karena kelak akan berjumpa dengan kasih Ilahi.

Akhirnya, doa itu mengajarkan rahasia pengobatan hati terluka dengan cara rida dan rasa puas atas ketentuan Allah Swt. Apabila kita mampu menerima kenyataan pahit sebagai ketentuan baik dari Tuhan, niscaya semua itu tidak akan menyakiti kita lagi. Kenapa?

Karena mana mungkin Tuhan memberikan sesuatu yang buruk bagi hamba yang dicintai-Nya. Luka masa lalu itu justru berguna menguatkan diri, meneguhkan hati dan membuat kita lebih hati-hati.

Dari itu, amalkanlah doa ini agar sembuh luka di hati.

Selain itu, ada pula beberapa hal yang mudah-mudahan membantu dalam mengobati luka-luka di hati.

Pertama, mengikhlaskan masa lalu untuk sejarah

Tidak ada yang lebih jauh selain masa lalu. Saking jauhnya tidak seorang pun yang mampu kembali padanya. Namun demikian, banyak juga manusia yang mencampuri apa yang sudah menjadi hak sejarah, dengan kembali mengorek-ngorek luka lama hingga terus berdarah kembali.

Mari ikhlaskan segala kepahitan, kemalangan, kesengsaraan masa lalu untuk menjadi sejarah. Kita hanya dapat menjadikannya pelajaran hidup, tidak lebih dari itu. Jangan sampai tubuh kita hadir di masa sekarang, tetapi hati malah hidup di masa lampau bersama luka yang diratapinya.

Kedua, mensyukuri apapun kondisi sekarang ini

Tak jarang terjadi, luka masa lalu itu kian menganga disebabkan kondisi masa kini yang kurang memuaskan. Misalnya, karir tidak kunjung berkembang, akibatnya menyalahkan kejadian pahit di masa lalu.

Padahal, luka masa lalu tidak perlu kembali berdarah apabila kita mau mensyukuri apa yang sudah diperoleh saat ini. Barangkali karir memang mandeg, tetapi kita sekeluarga sehat-sehat saja dan hidup harmonis.

Jadi, marilah banyak-banyak bersyukur setiap kali keperihan masa lalu mendera. Karena pencapaian kita saat ini tidak terlepas dari berkat ketegaran di masa lalu.

Ketiga, menyiapkan esok yang lebih baik

Masa lalu sudah menjadi kepingan yang terlampaui. Tidak ada yang dapat dirubah dari apa yang sudah menjadi milik sejarah. Akan tetapi, ada kok yang dapat diraih, yaitu apa yang menjadi masa depan.




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur