KOMENTAR

BEGITU dahsyatnya amarah, mampu mengubah perilaku manusia dalam sekejap. Kata-kata kasar dan sumpah serapah mengalir, terkadang disertai amukan fisik.

Siapa pun kita, pasti pernah marah (bahkan sering). Sifat marah adalah tabiat yang tak bisa lepas dari diri manusia. Hal ini karena manusia mempunyai nafsu yang cenderung ingin dituruti dan tidak suka saat orang lain menolak keinginannya.

Siapa yang tak mampu menahan gejolak emosi yang memuncak dan meluapkannya lewat amarah, mungkin saja merasa lega sesaat. Tapi setelah itu, menyaksikan dampak dari amarah kita, terlebih jika terjadi pada orang-orang yang kita sayangi, hati kita pasti menyesal.

Gelap mata hanya akan membawa keburukan dan penyesalan di kemudian hari. Itu dikarenakan sifat marah adalah bara api yang dikobarkan setan dalam hati manusia untuk merusak diri juga merusak ketaatannya kepada Allah Swt.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Marah itu akan membawa pelakunya untuk mengatakan hal yang tidak benar dan berbuat tidak adil, maka barang siapa yang tetap mengatakan kebenaran dan kebaikan ketika marah, hal itu menunjukkan kuat imannya dan kemampuan ia menguasai dirinya." (Majmu Rasail Ibn Rajab)

Dari perkataan masyhur Ibnu Rajab di atas, kita memahami bahwa keimanan sejatinya menjadi penghalang bagi kita untuk bersikap kasar saat marah.

Kemarahan kita tentulah memiliki tujuan. Jika tujuannya adalah kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka kemarahan kita tak akan membuat kita gelap mata melakukan perbuatan mungkar.

Ketika kita marah karena ingin membela kebenaran, luapkanlah dengan jalan yang tidak menodai kebenaran itu.

Jika kita diprovokasi orang lain, beristighfirlah demi menenangkan gemuruh emosi. Carilah jalan terhormat untuk menyelesaikan masalah. Tidak ada untungnya "melawan api dengan api".

Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari & Muslim bersabda, "Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya) dalam perkelahian, tetapi orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."

Jadi jika kita ingin tahu seberapa kuat keimanan kita, lihatlah diri kita di saat marah. Dan bersegeralah memperbaiki diri.




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur