Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

ANAK-ANAK berusia 5 hingga 11 tahun saat ini direkomendasikan untuk menerima satu dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty, berselang lima bulan setelah dosis kedua vaksinasi utama mereka diberikan. Langkah tersebut diambil atas rekomendasi Komite Pakar Vaksinasi COVID-19.

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) dalam rilis berita, Rabu (24/8/2022) menyatakan vaksinasi kemungkinan akan digelar setelah berakhirnya ujian sekolah di akhir tahun.

MOH mengatakan bahwa dosis booster akan mempertahankan perlindungan terhadap penyakit parah dan memperkuat persiapan Singapura untuk gelombang infeksi berikutnya.

Lima pusat vaksinasi khusus akan didirikan untuk memberikan dosis booster untuk anak-anak.

Direktur layanan medis MOH Kenneth Mak pada konferensi pers, Rabu (23/8/2022) menjelaskan bahwa data menunjukkan tingkat perlindungan vaksin terhadap infeksi COVID-19 yang parah pada anak-anak memang menurun dari waktu ke waktu.

"Dan dalam rentang usia ini, vaksin Pfizer-BioNTech/Comirnaty telah terbukti meningkatkan tingkat antibodi lebih dari dua kali tingkat yang dicapai setelah menyelesaikan dua dosis utama."

Dalam sebuah penelitian lokal tentang vaksinasi menggunakan suntikan pada anak-anak antara 5 dan 11 tahun, efek samping pascavaksinasi (KIPI) diketahui lebih rendah dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.

MOH juga menyampaikan bahwa Health Sciences Authority baru saja memperpanjang otorisasi vaksin Spikevax COVID-19 Moderna melalui Jalur Akses Khusus Pandemi (PSAR) kepada anak-anak, termasuk anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun.

Vaksin ini akan diberikan dalam dua dosis 25 mikrogram, merupakan formulasi dosis yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ditawarkan pada kelompok usia yang lebih tua.

Angka risiko infeksi COVID-19 yang parah pada anak-anak diketahui memang lebih rendah, namun kejadian serius terjadi pada sejumlah anak.

Rumah sakit menemukan kasus sesak napas dan penyempitan saluran napas bagian atas hingga pneumonia berat, juga MIS-C yang merupakan sindrom peradangan multi organ.

 




Bahaya Literasi Rendah di Tengah Disrupsi Digital

Sebelumnya

Antisipasi Dampak Gelombang Panas dan Hujan Lebat, Pemerintah Korea Jaga Stabilitas Sektor Pangan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News