Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PEMERINTAH Indonesia terus berupaya menggenjot pelaksanaan vaksinasi sebagai satu kunci memerangi pandemi COVID-19.

Saat ini, vaksinasi dosis lengkap sudah mencapai 81,89 persen dari target vaksinasi 208.265.720 orang (per 18 Agustus 2022). Sedangkan jumlah orang yang telah mendapat vaksin dosis ketiga (booster) sebanyak 58,5 juta orang (per 13 Agustus 2022).

Sejak 29 Juli lalu, pemerintah bahkan sudah memulai pemberian vaksin booster kedua untuk para tenaga kesehatan.

Dalam laman resmi Kemenkes RI, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Maxi Rein Rondonuwu mengatakan hasil studi menunjukkan telah terjadi penurunan antibodi pada 6 bulan setelah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dosis primer lengkap, sehingga dibutuhkan pemberian dosis lanjutan atau booster untuk meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat rentan.

Dari pernyataan tersebut, kemudian muncul pertanyaan dari netizen sebagai berikut.

"Jika 6 bulan pascavaksinasi antibodi menjadi drop, maka setiap orang jadi ketergantungan untuk di-booster. Apakah seumur hidup setiap orang harus vaksin COVID tiap 6 bulan sekali? Artinya apa? Antibodi alamiah telah dirusak oleh vaksin COVID sejak pertama kali disuntikkan."

Dalam laman resmi covid19.go.id, Juru bicara Satgas COVID-19 RS Universitas Sebelas Maret (UNS) sekaligus epidemiolog Tonang Dwi Ardyanto sejak awal tahun ini sudah menjelaskan bahwa antibodi yang menurun pada individu bukan satu-satunya indikator pemberian vaksin booster.

Kementerian Kesehatan RI juga belum menetapkan kebijakan terkait pemberian booster berulang, apakah setiap tiga bulan atau enam bulan sekali.

Sejumlah penelitan memang menyebutkan bahwa antibodi dalam tubuh akan menurun pada enam bulan setelah vaksinasi COVID-19. Namun hasil penelitian tersebut tidak bisa menjadi dasar pemberian vaksin setiap enam bulan sekali.

Kemenkes RI mengadakan survei antibodi COVID-19 setiap enam bulan sekali untuk mengetahui tingkat kekebalan tubuh terhadap serangan virus SARS-CoV-2.

Survei tersebut bukan otomatis disertai vaksinasi COVID-19 setiap enam bulan sekali.

Dengan demikian, informasi tentang vaksinasi COVID-19 harus dilakukan setiap 6 bulan sekali adalah hoaks.

 




Bahaya Literasi Rendah di Tengah Disrupsi Digital

Sebelumnya

Antisipasi Dampak Gelombang Panas dan Hujan Lebat, Pemerintah Korea Jaga Stabilitas Sektor Pangan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News