Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

YUNUS bin Ubaid adalah seorang pedagang perhiasan emas yang berasal dari generasi tabi’in,yaitu generasi Muslim awal setelah wafatnya pada sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau itu merupakan pedagang yang berakhlak mulia.

Saat berjualan Yunus bin Ubaid selalu menjual barang sesuai dengan nilainya, dengan tidak dilebihkan ataupun dikurangi. Ketika berjualan, Yunus dibantu oleh adik laki-lakinya. Namun sayang sifat jujur Yunus tidak menurun ke adiknya, ia cenderung serakah dan berlaku curang.

Pada suatu hari,  seperti biasa Yunus bin Ubaid membuka kiosnya. Setelah itu ia bersiap untuk menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Sebelum shalat, ia menitipkan dagangannya pada adik laki-lakinya.

“Saya mau shalat dulu, titip dagangan ya. Saya segera kembali,” kata Yunus bin Ubaid kepada sang adik.

“Baiklah, saya akan tunggu disini,” ujar adik Yunus bin Ubaid. Lalu Yunus pun pergi ke masjid untuk menunaikan shalat sunnah.

Beberapa waktu kemudian, seorang Badui mengunjungi toko perhiasan milik Yunus. Adik Yunus pun melayani orang Badui tersebut. Setelah melihat beberapa perhiasan yang dijajakan, orang Badui tersebut bertanya kepada adik Yunus.

“Berapa harga perhiasan ini Dik?” tanya orang Badui.

“Saya kasih harga 400 dirham,” jawab adik Yunus.

Adik Yunus yang tidak jujur tersebut menjual perhiasan tersebut dua kali lipat dari harga aslinya yang hanya 200 dirham. Namun karena orang Badui tersebut terlanjur menyukai model perhiasan yang telah dipilihnya tersebut, ia pun membayarnya dan adik Yunus pun untuk sebesar 200 dirham.

Setelah selesai bertransaksi, orang Badui itu pun keluar dari kios. Yunus bin Ubaid yang baru saja berjalan keluar dari masjid melihat orang Badui tersebut, ia pun bergegas menghampiri dan menyapanya.

“Assalamu’alaikum Pak. Apa kabar? Saya Yunus, melihat Bapak mampir ke kios saya, mohon maaf tadi saya sedang ke masjid,” kata Yunus bin Ubaid dengan ramah.

“Wa’alaikumsalam Pak Yunus. Alhamdulillah kabar saya baik. Iya tadi saya ke kios Bapak dan membeli perhiasan ini,” sahut orang Badui tersebut sambil menunjukkan perhiasan yang baru dibelinya.

“Bapak beli perhiasan ini dengan harga berapa?” tanya Yunus bin Ubaid.

“400 dirham,” jawab orang Badui itu dengan cepat.

Yunus bin Ubaid sangat kaget mendengar jawaban orang Badui tersebut, karena ia mengetahui dengan jelas harga barang tersebut hanya 200 dirham.

“Harga perhiasan ini hanya 200 dirham,” ujar Yunus.

Menyadari adiknya telah menjual perhiasan tersebut dengan harga yang sangat tinggi, Yunus bin Ubaid pun mengajak orang Badui tersebut kembali ke kiosnya dengan maksud mengembalikan kelebihan uang dari perhiasan yang dibelinya.

“Maafkan adik saya yang menjual perhiasan tersebut dengan harga yang sangat mahal. Mari kita kembali ke kios, saya mau mengembalikan kelebihan uang yang Bapak bayarkan kepada adik saya,” ajak Yunus dengan sopan.

Orang Badui itu pun memahami niat baik Yunus bin Ubaid, tetapi ia menolak dengan halus permintaan Yunus tersebut.

“Tidak apa-apa, di kampungku harga perhiasan ini 500 dirham,” ujar orang Badui tersebut.

“Saya mohon agar Bapak mau menerima permohonan saya ini,” pinta Yunus bin Ubaid dengan tulus.

Menyadari ketulusan hati Yunus, orang Badui tersebut akhirnya memenuhi permintaan Yunus bin Ubaid. Ia pun setuju untuk kembali ke kios tersebut dan menerima pengembalian kelebihan uang yang sudah dibayarkannya.

Ketika orang Badui tersebut sudah pergi, Yunus bin Ubaid memanggil sang adik dan menegurnya.

“Adikku. Mengapa kau menjual perhiasan tersebut dengan sangat mahal, sampai dua kali lipat dari harga aslinya? Apakah dirimu tidak merasa takut dan malu kepada Allah Subhanahuwata’ala atas perbuatanmu tersebut?,”tanya Yunus




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur