Wajah sendu Atalia Praratya Kamil saat mengenang kembali kisah detik-detik berpulangnya mendiang Eril kepada Najwa Shihab/ Net
Wajah sendu Atalia Praratya Kamil saat mengenang kembali kisah detik-detik berpulangnya mendiang Eril kepada Najwa Shihab/ Net
KOMENTAR

BERPULANGNYA Emmeril Kahn Mumtadz di Bern, Swiss bagi pasangan Ridwan Kamil & Atalia benar-benar menghadirkan hikmah yang mengubah pola pikirnya tentang kehidupan.

Siapa pun tak akan siap menghadapi kepergian orang tercinta yang sangat mendadak, bahkan terbilang hanya dalam hitungan detik. Namun demikian, kiranya ujian itu berhasil dilewati dengan perjuangan dalam kesabaran dan keikhlasan.

Apa saja yang membuat Bu Cinta pada akhirnya dapat merasa tenang menghadapi qadarullah tentang putra sulungnya?

Berikut ini tiga hikmah besar yang dirasakan Bu Cinta, yang kemudian mengubah mindset-nya tentang cara menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

"Tidak ada alasan apa pun...inilah yang dinamakan ajal."

Kalimat itu diucapkan Bu Cinta saat diwawancara Najwa Shihab. Sembari menceritakan bagaimana Eril terbawa arus deras sungai Aare di hari yang cerah tanggal 26 Mei 2022 di momen penuh keceriaan.

Menurut Bu Cinta, ia akhirnya memahami kalimat "memang ini sudah waktunya" dan jika itu memang sudah kehendak Allah, maka itu akan terjadi. Tidak ada alasan apa pun, itulah qadarullah.

Ia menambahkan, sekali pun Eril dikunci dalam kamarnya, lalu ia memeluk putranya tersebut sekuat-kuatnya, jika memang Allah ingin memanggilnya, maka tibalah ajalnya.

Memahami hakikat itu, Bu Cinta mengaku hatinya merasa lebih tenang dan damai. Tak ada pertanyaan yang menggugat takdir atau menyalahkan diri atas kehilangan itu.

"Orang yang menghargai kehidupan adalah orang yang pernah kehilangan."

Kenangan terakhir dengan Eril adalah momen termanis yang pernah mereka rasakan. Mulai dari perjalanan ke Eropa, Eril banyak mencurahkan pikiran dan perasaannya kepada kedua orangtuanya.

Dan Eril menikmati untuk difoto, hal yang sebelumnya paling malas ia lakukan.

Eril juga belum lama memutuskan untuk tinggal di Gedung Pakuan agar fokus untuk mengerjakan tugas akhirnya. Selama ini, ia hanya seminggu sekali mengunjungi keluarganya di rumah dinas Gubernur Jawa Barat itu. Namun selama beberapa waktu, kebersamaannya bersama ayah, ibu, dan adik-adiknya sangat intens terjalin di Gedung Pakuan.

Bagi Bu Cinta, kebersamaan mereka yang sangat erat itu menjadi kenangan yang menenangkan batinnya.

"Yang dibawa hanya amal...."

Bu Cinta bercerita tentang Eril yang melepaskan semua atribut, dari pakaian, sepatu, dompet, ponsel dan tasnya hingga menyisakan baju untuk ia berenang dengan nyaman di sungai Aare.

Begitu juga ketika kembali ke kamar Eril, melihat akta kelahiran, ijazah sekolah, sertifikat, juga laptop dan berbagai barang lainnya, hal itu membuat Bu Cinta tersadar.

Tak ada satu benda pun yang dibawa Eril menghadap Sang Khalik!

Di akhirat kelak, tak akan ada pertanyaan di mana kita bersekolah, apa pangkat kita, dan berapa harta yang kita punya. Untuk apa berjibaku dan saling bertikai demi memperebutkan jabatan tertinggi? Karena toh, di ujung hayat kita yang dibawa hanyalah amal saleh.

Dan betapa bersyukurnya Bu Cinta menyaksikan kebaikan-kebaikan Eril yang ternyata menjadi manfaat bagi banyak orang di sekitarnya.

Itulah yang mengubah pandangan hidup sekaligus menjadi refleksi bagi Bu Cinta dalam menjalani kesehariannya kini: berusaha mengumpulkan 'bekal' sebanyak mungkin karena hidup teramat singkat untuk disia-siakan.

 

 




Menyikapi Toxic People Sesuai Anjuran Al-Qur’an

Sebelumnya

Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur