Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

CERITA nan manis ini mengalir dari seorang dokter yang manis pula. Sebagai dokter muda belia yang baru saja mengabdi, dirinya amat terkesan dengan pengalaman di Wisma Atlet. Lho, bukannya itu rumah sakit darurat Covid-19? Apanya yang manis di sana?

Dikatakannya, hazmat atau pakaian dekontaminasi untuk perlindungan diri bagi tenaga medis benar-benar kualitas terbaik. Jadi, ada rasa nyaman ketika dirinya menangani pasien Covid-19 yang cukup banyak yang bergejala berat atau bahkan kritis.

Senyuman manisnya kian merekah tatkala menyebutkan bayaran yang diterima, benar-benar jumlah yang menakjubkan untuk dirinya. Terlepas dari itu, yang tak kalah berkesan baginya pelayanan terbaik serta perhatian penuh kasih terhadap frontliner, pejuang medis di garis terdepan.

Tersedia tower khusus bagi tenaga medis beristirahat dengan fasilitas terbaik. Dan yang mengharukan, donasi dari masyarakat terus mengalir deras. “Makanan, minuman, vitamin dan lain-lainnya melimpah-ruah,” kenangnya terharu.

Setelah selesai bertugas di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, dokter ini kembali mengabdi di rumah sakit asalnya.

Tentunya cerita ini terasa manis juga bagi kita. Dan kenangan manis ini hendaknya merata dialami oleh semua frontliner, para pejuang di garis terdepan perang melawan pandemi; mulai dari dokter, perawat, sopir ambulans, aparat keamanan, petugas makanan, tukang bersih-bersih dan lain sebagainya.

Entah bagaimana lagi kita dapat memuja pengorbanan frontliner? Karena mereka lah yang berjuang demi memberi kehidupan terhadap makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

Rumah sakit tersebut hanyalah kelas C, tetapi pelayanan penuh keramahan sudah dirasakan semenjak pasien di tempat parkir, petugasnya tidak sungkan memanjatkan doa kesembuhan.

Petugas-petugas medisnya pun bukan hanya mengobati, tetapi memberikan motivasi dan menyuntikkan semangat hidup bagi pasien-pasiennya.

Dan yang mengharukan, di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit itu terpampang surat Al-Maidah ayat 32, yang artinya, “Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia.”

Apabila saripati ayat ini yang diresapi oleh setiap frontliner atau pejuang medis, maka terobatilah segenap lelah, letih, penat dan berbagai pengorbanan yang tak tersuratkan.

Karena sesungguhnya Anda telah memberi kehidupan bagi makhluk-makhluk Tuhan.

Benar nih, seolah-olah telah memelihara kehidupan seluruh umat manusia?

Mestinya, dengan pandemi akibat Covid-19 maka surat Al-Maidah ayat 32 ini menjadi lebih mudah dipahami. Begini!

Ketika satu pasien Covid-19 berhasil disembuhkan, maka sama artinya mencegah penularan yang lebih masif, yang mengancam nyawa banyak sekali umat manusia. Satu pasien Covid-19 sembuh amatlah berharga dalam misi memelihara nyawa seluruh manusia.

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur (2011: 656) menerangkan ayat ini, barangsiapa dapat menghindarkan seseorang dengan melepaskannya dari kematian, maka seolah-olah dia telah menghidupkan semua manusia. Ayat ini mendorong kita untuk memelihara kesatuan umat manusia dan menggerakkan kita bersungguh-sungguh memelihara keselamatan bersama.

Penafsiran di atas menekankan pentingnya persatuan kita untuk bersama-sama memelihara nyawa seluruh umat manusia. Bersama-sama ya! Jangan sampai amanah berat ini dipikulkan hanya ke pundak para frontliner saja.

Kisah sedih bergugurannya para pahlawan medis tidak pula dapat ditutup-tutupi. Di Indonesia, kira-kira dua ribu tenaga kesehatan atau para frontliner yang telah gugur dalam menunaikan tugas mulia. Angka ini teramat mengejutkan, karena menjadi jumlah yang tertinggi se-Asia.  

Mereka berjuang demi memelihara kehidupan umat manusia, meski mengorbankan satu-satunya kehidupan sendiri. Kini ribuan di antara mereka telah menghadap Sang Pencipta. Semoga segala yang terbaik dianugerahkan Ilahi untuk para pejuang kemanusiaan ini, Aamiin.
 

 




Ana Khairun Minhu

Sebelumnya

Hubbu Syahwat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur