Wartawan menjadi bagian dari sejarah, mendokumentasikan bagaimana bangsa ini berjuang keras untuk bertahan, saling peduli dan saling bantu, serta saling menumbuhkan semangat di masa sulit ini/ Net
Wartawan menjadi bagian dari sejarah, mendokumentasikan bagaimana bangsa ini berjuang keras untuk bertahan, saling peduli dan saling bantu, serta saling menumbuhkan semangat di masa sulit ini/ Net
KOMENTAR

Pun jika bekerja sebagai penyiar radio, pilihlah kata-kata yang tidak menimbulkan multiinterpretasi bagi pendengar. Katakanlah A adalah A, B adalah B. Jangan berputar-putar. Sampaikanlah informasi dengan cepat dan akurat.

Dan jika bekerja sebagai wartawan media online, menulislah dengan baik dan benar. Sajikanlah berita faktual, bukan bacaan sensasional.

Memang betul, judul yang ‘wah’ akan memancing pembaca untuk mengklik tulisan si wartawan. Tapi apakah judul itu harus bombastis hingga ‘jauh panggang dari api’ dengan isi tulisan semata demi mengejar jumlah pembaca?

Demikian pula dalam urusan kredibiltas tulisan yang dihasilkan. Come on, hari gini masih menjalankan plagiat? Padahal wartawan bisa menulis apa pun, mengutip dari mana pun, me-relay perkataan siapa pun, asalkan mencantumkan sumbernya. Di tengah pesatnya dunia teknologi informasi, kejujuran dan integritas dalam bekerja menjadi poin utama dalam dunia pers.

9 Februari menjadi momen bagi wartawan Indonesia untuk bisa menjadi pribadi yang lebih profesional.

Wartawan telah belajar untuk bekerja cerdas dan ikhlas di tengah pandemi COVID-19.

Wartawan menjadi bagian dari sejarah, yang mendokumentasikan bagaimana bangsa ini berjuang keras untuk bertahan, saling peduli dan saling bantu, serta saling menumbuhkan semangat di masa sulit ini.

Banggalah akan hal itu.

Selamat Hari Pers Nasional 2022.

 

 

 

 




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News