Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

DI ERA pandemi seperti sekarang, banyak orang yang menjaga daya tahan tubuhnya dengan mengonsumsi banyak vitamin. Mulai dari vitamin C, D, B, hingga mineral, dikonsumsi dengan alasan mencegah tubuh tertular virus.

Akibatnya terjadi hipervitaminosis, yaitu kondisi penumpukan vitamin yang sangat berlebihan di dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan keracunan.

Biasanya, vitamin yang paling rentan menumpuk dalam tubuh adalah yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K. Tubuh bisa menyimpan keempatnya lebih lama dibandingkan vitamin B dan C yang mudah larut dalam air.

Gejala Hipervitaminosis

Gejala yang ditimbulkan akibat kelebihan vitamin ini berbeda-beda, tergantung vitamin yang dikonsumsi. Berikut ini gejala hipervitaminosis berdasarkan vitaminnya:

1. Hipervitaminosis A

Kelebihan vitamin A biasanya terjadi pada anak-anak dan gejalanya muncul dalam waktu yang singkat, yaitu hanya beberapa saat setelah mengonsumsi vitamin A secara berlebih.

Gejala ringan yang muncul bisa berupa mengantuk, mudah marah, sakit perut, mual atau muntah, hingga meningkatnya tekanan pada otak.

Jika dibiarkan, maka penderita bisa mengalami gejala akut seperti perubahan penglihatan, bengkak tulang, nyeri tulang, berkurangnya nafsu makan, sensitif terhadap matahari, kulit terkelupas, kering, kasar, gatal-gatal, kuki jari pecah-pecah, kulit pada sudut mulut kering dan pecah, rambut rontok, infeksi pada saluran pernapasan, dan linglung.

Tanda hipervitaminosis A pada bayi justru lebih mudah terlihat, yaitu munculnya tonjolan lunak di atas kepala yang kemungkinan juga akan mengganggu penglihatannya.

2. Hipervitaminosis D

Bisa terjadi pada orang yang mengalami hipertensi dan menderita penyakit jantung. Atau juga pada orang yang menggunakan tanning bed untuk menggelapkan warna kulit.

Gejala yang muncul berupa kelelahan, kehilangan nafsu makan, menurunnya berat badan, dehidraai akibat terlalu sering buang air kecil, sembelit, mudah marah dan resah, telinga berdengung, mual dan muntah, otot melemah, pusing, linglung, hipertensi, dan denyut jantung tak beraturan.

Dalam jangka waktu yang lama, kelebihan vitamin D bisa menyebabkan pengeroposan tulang, hiperkalsemia (kelebihan kalsium), gangguan ginjal, dan pembentukan plak kalsium pada pembuluh darah.

3. Hipervitaminosis E

Kelebihan vitamin E ini biasa didapat dari asupan suplemen, bukan dari makanan yang mengandung vitamin E. Akibat dari kelebihan vitamin E ini adalah darah yang terlalu encer, sehingga tubuh mudah mengalami memar dan perdarahan.

Journal of the American Medical Association menjelaskan, hipervitaminosis E berkaitan erat dengan meningkatnya Stroke Hemoragik, yaitu suatu kondisi gawat darurat yang disebabkan pecahnya pembuluh darah arteri di otak.

4. Hipervitaminosis K

Yang paling sering menyebabkan keracunan saat dikonsumsi berlebihan adalah vitamin  (menadione), yaitu vitamin sintetis yang digunakan untuk mencegah penumpukan kalsium di dalam tubuh.

Gejala yang ditimbulkan berupa kelelahan dan penyakit kuning.

Mengatasi Overdosis Vitamin

Cara yang paling tepat mengatasi overdosis vitamin ini adalah dengan mengurangi atau menyudahi mengonsumsi vitamin tersebut. Selanjutnya, perhatikan kondisi tubuh. Segera cari bantuan medis bila terjadi penurunan atau perubahan pada kondisi psikologis Anda.

Untuk pasien yang mengalami hiperkalsemia akibat hipervitaminosis D, akan diberikan obat yang mengandung bifosfonat untuk menurunkan kadar kalsium dalam darah. Bila kondisinya cukup parah, biasanya dokter akan memberikan glukokortikoid.

Ingat, vitamin merupakan cara efektif untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh. Kita bisa memperoleh vitamin dari asupan makanan dan buah-buahan.




Kenali Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti yang Jadi Penyebab Demam Berdarah

Sebelumnya

Cara Tepat Merawat Luka Bakar untuk Mencegah Infeksi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health