Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

WORLD Health Organization (WHO) melaporkan bahwa virus SARS-CoV-2 varian Omicron (B.1.1.529) mulai terdeteksi di 25 negara (data per 2 Desember 2021).

Di benua Asia, Omicron telah terdeteksi di Hong Kong, Korea Selatan, Jepang, hingga yang paling dekat dengan Indonesia adalah Singapura.

WHO mengimbau pemerintah negara-negara di dunia untuk meningkatkan surveilans dan sekuensing dan sesegera mungkin melaporkan klaster awal yang terkait infeksi Omicron, seperti ditulis @pandemictalks.

Salah satu fakta yang ditemukan adalah pemerintah Nigeria ternyata telah menemukan satu kasus terkait Omicron pada sampel seseorang yang tiba di negara itu pada Oktober lalu. Ini berarti, ada kemungkinan bahwa Omicron sudah ada jauh sebelum Afrika Selatan melaporkannya pada 25 November 2021.

Sayangnya, di tengah ancaman Omicron yang makin serius, laju vaksinasi di Indonesia dikabarkan melambat. Ada apa?

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi menjelaskan bahwa dalam tiga minggu terakhir terjadi perlambatan vaksinasi. Penyebabnya ditengarai adalah masyarakat yang pilih-pilih jenis vaksin.

Untuk saat ini, stok yang tersedia hingga akhir tahun adalah Moderna, AstraZaneca, dan Pfizer. Dr. Nadia mengharapkan pemerintah daerah tetap mempercepat program vaksinasi dengan memaksimalkan persediaan vaksin yang ada.

"Dikarenakan banyak daerah menunggu untuk mendapat vaksin Sinovac," ujar dr. Nadia dalam sebuah diskusi virtual (01/12/21).

Salah satu alasan masyarakat memilih jenis vaksin bahkan enggan divaksin adalah ketakutan terhadap efek samping. Padahal Ketua Komnas KIPI (Kejadian Ikutan PascaImunisasi) Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, SpA(K) menjelaskan bahwa gejala yang timbul setelah disuntik vaksin COVID-19 adalah reaksi alami tubuh. Ketika ada benda asing masuk ke dalam tubuh, tubuh akan bertahan dengan membentuk antibodi.

Apa pun varian yang muncul dari hasil mutasi virus corona, cara terbaik menghadapinya adalah dengan 3T, 5M, dan vaksinasi serta kesepakatan masyarakat dunia untuk disiplin menjalankan itu semua.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News