Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

WANITA-wanita muslim sejak zaman Rasulullah terkenal dengan ketangguhan dan kecerdasannya. Wanita muslim di era tersebut memiliki peran penting di bidang ekonomi maupun kehidupan sosial lain.

Emansipasi wanita sudah ada pada zaman itu. Tidak sedikit wanita yang menjadi dokter, meski kala itu mereka hanya bertugas untuk masalah kewanitaan saja.

Siapa sajakah wanita muslim yang tangguh dan berprofesi sebagai dokter di zaman Rasulullah?

1. Rufayda binta Sa'ad

Pada zaman Nabi Muhammad Saw., ada seorang perawat muslimah yang ikut berjuang dengan kaum laki-laki di bidang medis. Ia adalah Rufayda binti Sa'ad, wanita pertama yang tercatat sebagai perawat.

Rufayda dilahirkan pada 570 M di Madinah dan merupakan keturunan Bani Aslam. Ayahnya bernama Sa'ad al-Aslamo, seorang fisioterapis. Dari sang ayah Rufayda belajar menjadi ahli di bidang pengobatan.

Kontribusi terbesar Rufayda adalah saat perang badar, Uhud, khandaq, dan Khaibar. Ia membantu mengurangi korban jiwa dan membangun tenda perawatan untuk yang sakit.

Tenda perawatannya disebut sebagai Rufaidah Al Aslamiah dan dibuat saat perang Uhud. Tenda itu dibangun di depan Masjid Nabawi. Kemudian, Rufayda dijuluki sebagai fidaiyah, yaitu wanita yang berani masuk dalam Medan perang untuk menyelamati orang-orang yang terluka.

Rufayda pernah merawat Abu Usamah yang di dadanya tertancap busur panah. Ia juga merawat anak-anak yang sakit dan kaum difabel, anak yatim, serta orang miskin.

Dia juga mendidik perempuan yang memiliki minat menjadi perawat. Dirinya juga terkenal dermawan, karena mendanai semua kegiatan medis dengan harta yang dimilikinya.

Atas dedikasinya, Rufayda mendapat hadiah berupa kalung dari Nabi Muhammad Saw.

2. Syifa binti Abdullah

Al-Shifa binti Abduallah al-Qurashiyah al-‘Adawiyah adalah salah satu sahabat wanita yang memiliki kehadiran kuat dalam sejarah Islam awal. Beliau merupakan salah satu wanita bijak saat itu.

Laila, nama aslinya, sudah melek huruf selama masa buta huruf masih merajalela. Dia adalah guru wanita pertama pada masa Nabi Muhammad Saw. Beliau juga memiliki keterampilan sebagai praktisi medis dan perawat. Umum di benak masyarakat saat itu, jika dirinya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam praktik kedokteran, hingga dirinya dijuluki Al-Shifa (penyembuhan).

Al-Shifa biasa menggunakan pengobatan pencegahan terhadap gigitan semut. Ide tersebut disetujui Nabi Muhammad Saw dan meminta Laila untuk melatih wanita Muslim lainnya.

Dia biasa membaca dan menulis dengan baik dan biasa mengajar Hafsah binti al-Khattab (istri Nabi) menulis dan melatihnya mengobati orang-orang dengan penyakit kulit. Ia terkenal karena mengobati kondisi dermatologis, seperti bisul, mirip dengan eksim, dengan gejala yang mirip dengan gigitan semut.

Laila kemudian ditunjuk oleh Umar Ibn al-Khattab (khalifah kedua) sebagai inspektur pasar (Hosbah) di Madinah (wanita Muslim pertama yang memegang jabatan publik seperti itu).

3. Nusaybah binti Harits

Sebelum memeluk Islam, Nusaybah sudah berprofesi sebagai ahli medis. Meski dikenal sebagai dokter yang sibuk, Nusaybah juga memiliki hubungan baik dengan para istri Nabi Muhammad Saw. dan biasa mengunjungi mereka secara teratur dan berbagi hadiah dengan mereka.

Semasa hidupnya, dia kerap memfokuskan pengetahuan kedokteran dengan melakukan praktik sunat dengan dorongan Nabi Muhammad Saw. Selain dari upayanya melakukan perawatan dan pengobatan pada korban perang, dia juga merupakan orang yang memandikan dan menyiapkan jenazah Zainab (putri Nabi Muhammad Saw.) setelah kematiannya.

Perlu juga disebutkan dia juga melaporkan lebih dari 40 hadits Nabi Muhammad Saw., beberapa di antaranya diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Salah satu haditsnya adalah tentang diperbolehkannya wanita menghadiri sholat Idul Fitri sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih Al-Bukhari. Dia kemudian pindah ke Al-Basrah di Irak hingga akhir hayatnya.

 




Menyambungkan Jiwa dengan Al-Qur’an

Sebelumnya

Sempurnakan Salatmu Agar Terhindar dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur