Kopenhagen sukses mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan termasuk dalam hal energi terbarukan, kualitas air, manajemen limbah, dan pengembangan hutan kota/ Net
Kopenhagen sukses mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan termasuk dalam hal energi terbarukan, kualitas air, manajemen limbah, dan pengembangan hutan kota/ Net
KOMENTAR

TIDAK ada yang mampu mengubah wajah kota di seluruh dunia selain Covid-19. Mulai dari ditutupnya gedung-gedung pencakar langit, jalan raya yang sepi karena hampir tak ada kendaraan yang lewat, diberlakukannya aturan masker dan menjaga jarak, hingga larangan makan di restoran.

Ini adalah pertama kalinya pandemi mengguncang kaum urban. Data populasi yang dikeluarkan PBB bertajuk "Growth of the World's Urban and Rural Population, 1920 – 2020" menunjukkan bahwa ketika pandemi flu Spanyol melanda dunia di awal era 1900-an, hanya ada 14% orang yang hidup di kota. Adapun saat pandemi Covid-19, angka tersebut naik menjadi 57%.

Akibat pandemi, kota-kota di seluruh dunia harus menjadi lebih waspada terkait perlindungan kesehatan dan keamanan secara keseluruhan untuk melindungi populasi dengan baik.

Untuk mengetahui perubahan apa yang membawa kota memiliki tingkat keselamatan yang lebih baik, Economist Intelligence Unit merilis 2021 Safe Cities Index (Indeks Kota Aman 2021) berisi 60 kota paling aman berdasarkan 76 indikator keselamatan dalam bidang infrastruktur, kehidupan digital, keamanan pribadi, faktor lingkungan, dan tentu saja, kesehatan—terutama terkait kesiagaan menghadapi Covid-19.

Pada lima kota peringkat teratas dalam indeks ini, berbagai faktor tersebut berkorelasi dengan keharmonisan sosial, populasi yang inklusif, dan ketangguhan sosial.

Perubahan positif yang terjadi di lima kota ini tak hanya bisa dinikmati oleh para warga kota tapi juga masyarakat global yang sudah mulai merencanakan liburan tanpa merasa was-was.

Lima kota paling aman di dunia pascapandemi Covid-19 adalah Tokyo, Sydney, Singapura, Toronto, dan Kopenhagen di urutan paling atas.

Apa yang membuat Ibu Kota Denmark itu menjadi kota paling aman di dunia?

Berada di peringkat teratas indeks kota teraman di dunia, Kopenhagen dinilai memiliki pilar baru keamanan lingkungan hidup yang kokoh. Kopenhagen sukses mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan termasuk dalam hal energi terbarukan, kualitas air, manajemen limbah, dan pengembangan hutan kota.

Hutan kota, taman kota, juga sungai-sungai kecil menjadi sangat populer di kota ini selama pandemi. Warga kota membeli makanan secara takeaway dan menikmatinya di antara pepohonan hijau, tentu dengan tetap menaati protokol kesehatan. "Corona-guides" di Kopenhagen juga terlihat dari banyaknya papan petunjuk dan tanda yang menjadi batas antarkelompok di area outdoor. Berbagai pembatasan di Kopenhagen telah dicabut pada September 2021.

Namun ada satu alasan signifikan yang membuat Kopenhagen menjadi nomor satu di 2021 Safe Cities Index yaitu keberhasilannya menjadi kota paling tidak korup di dunia.

Semangat rakyat Denmark yang dikenal dengan istilah samfundssind menyatukan seluruh masyarakat seantero negeri untuk bekerja sama, termasuk juga lembaga resmi pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi kehidupan manusia.

The Safe Cities Index menunjukkan korelasi yang sangat erat antara pengendalian korupsi dengan tingkat keamanan kota. Terlebih di saat pandemi, masyarakat sangat percaya pada lembaga-lembaga berwenang dan saling percaya satu sama lain untuk bisa menghadapi pandemi.

Kopenhagen juga mengimplementasikan program testing Covid-19 massal yang gratis untuk semua orang, termasuk para turis. Data yang dikumpulkan memungkinkan pengawasan wabah secara detail. Kota ini juga siap melaksanakan testing air limbah sebagai salah satu cara deteksi dini wabah, dikutip dari BBC.

Belajar dari berbagai indikator yang menjadikan Kopenhagen nomor satu sebagai paling aman dan paling 'hijau', ternyata berawal dari keberhasilannya menjadi yang paling 'bersih' dari korupsi. Kapan giliran kota di Indonesia?




Din Syamsuddin Jadi Pembicara dalam Sidang Grup Strategis Federasi Rusia-Dunia Islam di Kazan

Sebelumnya

Buku “Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik” dan “Buldozer dari Palestina” Karya Teguh Santosa Hadir di Pojok Baca Digital Gedung Dewan Pers

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News