KOMENTAR

TANAMAN "Coffea" yang berasal dari Tanduk Afrika dan selatan Jazirah Arab ini memiliki banyak nama. Kita di Indonesia menyebutnya "kopi". Dalam bahasa Inggris disebut "coffee". Orang Prancis dan Portugis menyebutnya "cafe", lalu "kaffee" dalam bahasa Jerman. Dalam bahasa Belanda disebut "koffiee", sementara di Finlandia disebut "kahvi", di Romania "cafea", dan di Swedia "kaffe".

Pengucapan dalam bahasa Mandarin berbunyi "kafei", dalam bahasa Jepang terdengar "kohi", menjadi "keopi" dalam bahasa Korea, dan "kofee" dalam bahasa Hindi.

Menurut catatan para ahli botani, setidaknya ada sekitar 12 jenis kopi. Dua di antaranya yang paling populer adalah Coffea arabica dan Coffea canephora yang lebih dikenal dengan nama Robusta.

Bagaimanapun disebut, siapa yang bisa menolak kenikmatannya? Aroma yang kuat dan pekat, serta cita rasa uniknya menjadi kombinasi yang tak tertandingi.

Ia adalah mood booster yang tak hanya bisa menambah semangat namun juga mampu menghadirkan ketenangan.

Bagi para pecintanya, tak ada pagi yang terlewatkan tanpa secangkir kopi. Sedangkan bagi mereka yang tergila-gila padanya, secangkir kopi dalam sehari tentulah belum cukup.

Mulai dari kampung hingga kota besar, kopi punya tempat spesial di hati masyarakat. Tak pandang kasta atau strata. Warung kopi pinggir jalan hingga kedai kopi premium, semua punya penggemar loyal.

Kopi juga tidak mengenal batas usia. Para lansia hingga remaja belia bisa jatuh cinta pada kopi. Meski mungkin sang kakek lebih senang menyeruput kopi hitam panas dalam cangkir kecil, sementara cucunya menyukai kopi susu bercampur es krim vanila dalam gelas plastik ukuran besar yang dinikmati menggunakan sedotan.

"Kopi adalah teman yang sempurna dalam berkarya," ujar Teguh Santosa, pemilik "Kopi Timur" di Jalan Pondok Kelapa Raya, Jakarta Timur, yang baru diresmikan hari Kamis kemarin, 9 September.

"Seperti semua hari, ini hari yang bagus, tanggalnya cantik pula," ujarnya usai syukuran.

Dia mengatakan, "Kopi Timur" memiliki misi nutrisi, relaksasi, rekreasi, dan litrasi.

Teguh selama dikenal sebagai wartawan senior. Mantan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan mantan Wakil Presiden Konfederasi Wartawan ASEAN ini mendirikan sejumlah media massa dan kini memimpin Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

Selain sebagai wartawan, Teguh juga dikenal sebagai akademisi yang mengajar di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, dan pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Bung Karno.

"Kami hanya penikmat kopi, dan tidak mengenal seluk beluk usaha kedai kopi. Makanya, kami menggandeng sahabat kami, Mas Robby Budiansyah, yang memiliki Kopi Tikum untuk ikut mengelola Kopi Timur," ujar Teguh.

Peresmian yang menghadirkan anak-anak dari Rumah Yatim di Jalan Pondok Kelapa Raya itu pun sesungguhnya selain peresmian "Kopi Timur" juga penanda diawalinya kerjasama kedua belah pihak.

Didampingi sang istri, Intansari Fitri, Teguh menyerahkan potongan tumpeng pertama kepada anak mereka, Timur Muhammad Santosa, yang menjadi inspirasi dalam menamakan kedai kopi ini.

Potongan kedua diberikan kepada sang partner, TB Robby Budiansyah, dan potongan ketiga kepada Manajer Operasional Kopi Timur, Rossy.

"Saya percaya kerjasama ini sangat berpotensi untuk diteruskan di tempat-tempat lain, meskipun kita memulainya dari pojok timur (Jakarta). Niat kita sama, membangun usaha yang mendapat berkah Allah Swt. Dari kafe kecil, semoga kita bisa melakukan hal-hal yang lain, menyentuh komunitas-komunitas lain yang perlu banyak perhatian juga," ujar Teguh.

Kehadiran "Kopi Timur" mendapat sambutan hangat dari banyak kalangan. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, misalnya, dalam pesan virtual yang ditayangkan di arena peresmian mengatakan, "Kopi Timur" adalah simbol semangat kebangkitan UMKM di tengah pandemi.

"Izinkan dalam kesempatan ini kami mengucapkan selamat atas peresmian sebuah kedai kopi, namanya "Kopi Timur", di Jakarta Timur," ujarmya.

"Di tengah pandemi ini kita mengapresiasi UMKM yang punya semangat menggerakkan roda perekonomian khususnya di Ibu Kota. Insya Allah, "Kopi Timur" akan terus berkembang, maju, dirasakan manfaatnya oleh semua, dan bisa jadi contoh dalam menaati protokol kesehatan," demikian Gubernur Anies Baswedan.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News