Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

PANDEMI Covid-19 bagi banyak orang dianggap sebagai pelajaran paling berharga di zaman modern.

Pandemi dengan 'badai' yang menerjang segala aspek kehidupan manusia memaksa umat manusia menjalani new normal. Sebuah tatanan baru yang belum tentu akan kita jalani saat ini andaikan tak ada Covid-19.

Pandemi memaksa umat manusia berpikir lebih kritis dan lebih cepat untuk bisa beradaptasi dan berkembang. Dalam hal apa pun. Tradisi, kebiasaan, rutinitas, dan keteraturan yang kita jalani sebelum pandemi semua tak lagi sama. Pasti ada yang berubah dari kondisi pra-pandemi Covid-19.

Pandemi pada akhirnya juga membuka mata manusia tentang betapa pentingnya kesehatan. Bukan sekadar sehat secara pribadi tapi pembangunan yang berorientasi pada kesehatan.

Selama ini, pembangunan kerap diidentikkan dengan peningkatan taraf ekonomi juga kemajuan teknologi negara dan masyarakatnya. Pembangunan berorientasi kesehatan masih asing untuk dijalankan. Pandemi ini seharusnya menjadi titik awal lahirnya peradaban dunia yang pro kesehatan masyarakat.

Secara singkat, mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa pembangunan berorientasi kesehatan memuat banyak aspek terkait kesehatan. Mulai dari teknologi, lingkungan, juga obat dan alat kesehatan.

Pembangunan berorientasi kesehatan menekankan pentingnya kesetaraan semua anggota masyarakat untuk mendapatkan akses ke fasilitas kesehatan. Saatnya menghapus diskriminasi strata sosial ekonomi ketika kita membicarakan kualitas layanan kesehatan.

Prof. Tjandra mencontohkan bagaimana Indonesia seharusnya bisa sigap menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam urusan produksi obat murah dan alat kesehatan murah. Pandemi sejatinya dijadikan momentum bagi anak bangsa untuk mulai melakukan penelitian hingga akhirnya bisa membuat obat dan alkes dengan harga terjangkau, seiring teknologi maju yang makin dekat dengan kita.

Indonesia dalam dua tahun terakhir telah merasakan kesulitan jika harus bergantung pada negara lain. Terlebih lagi pandemi juga menghambat jalur ekspor-impor hingga kita pernah berada dalam kondisi kehabisan vaksin, juga kekurangan alat kesehatan maupun kekurangan obat-obatan.

Kita akhirnya memahami bahwa ancaman pandemi bisa datang kapan saja. Karena itulah dunia kedokteran dan kesehatan harus selalu siap siaga. Pandemi Covid-19 benar-benar menjadi acuan untuk kesiapan bangsa kita ke depan. Apa yang harus disiapkan termasuk apa yang bisa diproduksi secara mandiri agar tidak menggantungkan nasib ke negara lain.

Vaksin dan obat adalah dua produk yang seharusnya sudah bisa diproduksi sendiri di dalam negeri. Itulah yang membuat kita bangga sebagai bangsa Indonesia. Dan sepatutnya masyarakat Indonesia saling mendukung sesama anak bangsa. Jangan sampai penelitian yang dilakukan sebuah tim/ lembaga justru diragukan atau bahkan dijegal karena kepentingan golongan tertentu atau demi kepentingan bisnis.

Satu lagi yang ditekankan Prof. Tjandra, dikutip dari tayangan BeritaSatu, untuk bersiap menghadapi ancaman pandemi di masa depan adalah dengan menerapkan gaya hidup CERDIK dalam keseharian masyarakat.

Apa itu CERDIK?

Kementerian Kesehatan RI merilis gaya hidup CERDIK yang merupakan kepanjangan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

Marilah kita menjadi manusia yang bisa menjaga kesehatan pribadi, keluarga, dan lingkungan demi ketahanan terhadap pandemi di masa mendatang.

 




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News