Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

SEIRING dengan merambatnya usia, manusia pun mulai berhitung tentang ajalnya atau bahkan mempersiapkan kematiannya. Karena selain hidup yang terhormat, orang-orang juga mendambakan mati mulia.

Dari itu pula, lahan-lahan pemakaman mulai dibeli sebagai tempat peristirahatan terakhir. Tidak masalah harus membayar mahal, toh kemuliaan diri itu juga penting hingga ke alam baka.

Demi mempertahankan kehormatan dirinya, orang siap bertarung habis-habisan mempertaruhkan segalanya. Lantas bagaimana caranya orang mempertahankan kemuliaan ketika dirinya sudah menjadi mayat?

Maka, kita yang masih hidup inilah yang bertugas dalam menjaga kemuliaan itu, agar si mayit dapat tenang di alam sana.

Dan pesatnya perkembangan teknologi memang menyibak banyak hal kepada khalayak, tidak terkecuali kondisi si mayit. Smartphone tidak menjamin pemakainya juga pintar memanfaatkannya. Tak jarang kita mengelus dada atau bahkan tergidik ngeri melihat foto atau video yang dibagikan terkait kondisi si mayit.

Berikut ini hanyalah beberapa contoh saja:

Pertama, beredar video singkat tentang terjadinya kecelakaan jalanan. Selain sepeda motor yang rusak parah, juga terlihat jelas seseorang yang tergeletak dalam kondisi tubuh berantakan.

Si mayit tidak mampu menutupi dirinya agar terjaga kemuliaannya sebagai makhluk Tuhan. Akan tetapi kondisinya yang menyedihan malah dijadikan viral.

Kedua, seorang ulama besar telah meninggal dunia. Seseorang teramat bangga berkesempatan memandikan jenazah yang demikian dimuliakan. Tidak sembarangan orang juga yang mendapat kesempatan mengharukan itu.

Dan mungkin saking bangganya dia pun memotret prosesi memandikan itu, tentunya si mayit yang jadi sasaran kamera ponselnya. Kebanggaan itu membuatnya lepas kendali, foto-foto pun disebarkan di media sosial. Dan dengan terlambat pula ada yang mengingatkan dirinya, ternyata di foto itu ada bagian aurat si mayit yang tersingkap. Aduh!

Ketiga, ini lebih horor, di mana seorang perempuan mengalami keguguran. Bayinya tak terselamatkan. Tapi mungkin duka yang teramat mendalam itu membuatnya tak mampu menata logika.

Sang ibu (maaf) malah menyebarkan foto bayinya yang malang itu. Kondisinya yang teramat mungil terlihat menyedihkan. Sang ibu terlambat menyadarinya, tapi mau bagaimana lagi foto itu terlanjur menyebar. Dia sendiri yang menjadi aktor utamanya.

Tidak selalu ada niat buruk yang menjadi latar belakang tersebarnya foto atau video kondisi si mayit. Boleh jadi karena teramat sedih atau terlalu cinta, akhirnya terjadilah sesuatu yang amat disayangkan itu, yang sebagiannya malah berujung penyesalan.

Akhlak terhadap mayit merupakan hal sangat penting dalam ajaran Islam. Makanya dalam kitab-kitab fikih senantiasa tercantum adab-adab penyelenggaraan jenazah; mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan hingga memakamkan. Semua prosesi itu dilakukan dengan terhormat, dalam rangka menjaga kemuliaan si mayit.

Kini menyebarkan foto bahkan video mayat di media sosial kian marak. Entah disebabkan angka kematian lagi membengkak atau dikarenakan trennya memang sudah demikian, di mana orang membutuhkan banyak bahan untuk diunggah.

Namun, sebagai muslim yang baik, kita tentunya tegak di atas aturan agama, bukannya tunduk kepada tren yang lagi berkembang. Apalagi kalau tren tersebut menimbulkan kemudaratan, tentunya tidaklah bijaksana kalau kita menjadi bagian darinya.

Menarik sekali apa yang diungkapkan oleh Wahbah Az-Zuhaili dalam buku Fiqih Islam wa Adilatuhu Jilid 2, bahwa disunnahkan menurut mazhab Maliki, Syafi'i dan Hambali menutup keranda mayat perempuan dengan kubah yang menutupi bagian atasnya. Penutup itu bisa terbuat dari kayu, pelepah kurma, atau batang tebu, karena hal itu lebih bisa untuk menutupi.

Sebagian ulama berkata, orang yang pertama menggunakannya adalah Zaenab binti Jahsy, Ummul Mukminin. Ibnu Abdil Barr berkata, Fatimah binti Rasulullah adalah orang yang pertama dalam Islam yang kerandanya ditutupi, lalu Zaenab binti Jahsy.

Apabila mayat sudah berada dalam keranda, artinya mayat itu telah dikafani dengan rapi atau tertutup dengan rapat. Ketika dirinya diusung dalam keranda, maka si mayit tengah melalui ruang publik, dapat disaksikan banyak orang.

Makanya, sekalipun dirinya telah tertutup rapat oleh berlapis-lapis kain kafan, akan tetapi disunnahkan lagi untuk menambah kubah di atas keranda itu. Apa tujuannya? Supaya mayat tersebut lebih tertutupi lagi.

Orang yang telah mati tidak berdaya menutupi aib dirinya, apalagi menyelamatkan auratnya yang tersingkap. Dari itulah kita memperoleh pahala ketika berupaya lebih menutupi mayat itu dari pandangan mata orang banyak.

Agama kita mendahulukan akhlak, tidak terkecuali terhadap mayat. Kita jaga kemuliaan mereka agar tenang menghadap Tuhannya.     




Memahami Faedah Bertawakal untuk Membebaskan Diri dari Penderitaan Batin

Sebelumnya

Menjadi Korban Cinta yang Salah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur