Ilustrasi/ Net
Ilustrasi/ Net
KOMENTAR

DI usia 6 sampai 9 tahun, anak mulai memiliki keinginan sendiri dan terkadang memaksakan kehendaknya agar terwujud, bagaimanapun caranya.

Apalagi jika orangtua tidak mengizinkan, pasti akan muncul perdebatan. Ujung-ujungnya Bunda akan pusing sendiri.

Sebenarnya sifat keras kepala anak sudah bisa terlihat sejak anak kecil, bahkan ketika ia bayi. Nah, ada 5 trik jitu yang bisa Bunda pakai untuk menghadapi si kecil yang keras kepala, agar tidak terpancing emosi dan akhirnya menyerah begitu saja.

1. Dengarkan pendapat atau keinginannya
Begitu si kecil mulai ngotot dan marah-marah, misalnya tidak mau tidur, coba Bunda tarik napas sebentar dan dengarkan alasannya. Jika ia menjawab, misalnya, masih ingin menonton film kartun kesayangannya, Bunda bisa menjelaskan pada si kecil bahwa ini sudah larut malam dan besok ia harus berangkat sekolah pagi-pagi.

Dengan begitu, anak akan belajar bahwa apa yang diinginkannya adalah salah dan lambat lain akan mengubah sikapnya. Yang penting, jangan keluarkan kalimat jitu, "pokoknya tidak boleh!"

2. Jangan memaksanya, tetapi ingatkan dan beri pilihan
Anak yang keras kepala artinya susah diatur, jadi jangan memaksanya ya Bunda. Biasakan untuk mengingatkannya agar tidak melakukannya, sehingga anak mempunyai waktu untuk menyudahinya. Atau, berikan ia pilihan sehingga merasa bahwa keputusan tetap ada di tangannya.

Misalnya, "Sepuluh menit lagi waktunya tidur, ya. Kamu mau siap-siap cuci kaki sekarang atau nanti?"

Biar lebih seru dan menantang, berikan mereka "perlombaan", siapa paling cepat tiba di kamar mandi dan berganti piyama.

3. Jangan jadi keras kepala di depan anak
Ingat ya, Bunda, anak itu peniru paling ulung. Jadi, Bunda jangan menunjukkan sifat keras kepala di depan mereka.

4. Terapkan rutinitas dan aturan
Buat peraturan yang tegas dan jalankan secara rutin, sehingga anak akan menjadi mandiri dan bertanggung jawab.

Contoh rutinitas yang bisa Bunda lakukan adalah menggosok gigi sebelum tidur. Atau buat aturan penggunaan gadget maksimal 2 jam. Syarat utama agar rutinitas dan aturan ini berjalan adalah Bunda wajib tegas dan konsisten.

5. Biarkan anak belajar dari pengalaman
Anak memang seringkali susah diatur. Contoh yang paling sering dialami Bunda adalah susahnya melarang anak bermain air lantaran takut terpeleset.

Nah, Bunda bisa memberikannya sedikit kebebasan. Biarkan ia bermain air dan ketika terpeleset, jangan langsung menyalahkannya.

Bantulah si kecil bangun, kemudian kembali ingatkan kepadanya untuk berhati-hati agar tidak terpeleset dan mendengarkan nasihat orangtua. Seperti dikutip dari @sahabat.parenting.

 




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting