KOMENTAR

Jika menganggap diri kita paling benar, seenaknya menuding orang lain berdosa, atau 'menyamakan' diri kita dengan Tuhan karena memutuskan untuk menghabisi nyawa diri sendiri dan orang lain, tak akan ada orang yang jatuh hati pada ajaran Islam. Semua takut dan menganggap kerdil ajaran Islam, yang sejatinya teramat mulia dan sangat berbeda dari kehinaan yang kita perbuat.

Mengutip bait penutup tulisan Yoli Hemdi berjudul Perempuan Melawan Ideologi Kekerasan yang dimuat dalam Farah.id (04/04/2021): "Sekilas perempuan-perempuan itu terlihat sebagai pelaku terorisme. Sejatinya, mereka adalah korban. Perempuan menjadi korban di atas ketidakberdayaan mereka membuat pilihan hidup, ketidakberdayaan membebaskan diri dari cengkeraman ideologi kekerasan, dan ketidakberdayaan memfungsikan nalar sehatnya."

Tampak menyedihkan, bukan?

Padahal banyak perempuan yang mampu berdiri tegak dengan mengatakan "inilah hijrahku, hijabku, jihadku" dan mengaplikasikannya dalam bentuk kesalehan pribadi dan kesalehan sosial. Menjadi sosok yang meneduhkan dalam keluarga, lingkungan sekitar, dan masyarakat.

Kita tahu, tidak ada perbedaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam kapasitas sebagai hamba Allah. Penggalan ayat 13 surah Al-Hujurat yang berbunyi inna akramakum indallahi atqaakum menegaskan bahwa pembeda derajat manusia hanya siapa yang paling bertakwa.

Karena perempuan mampu dan berdaya. Karena perempuan tidak bodoh untuk melihat dengan jernih manipulasi yang dipropagandakan untuk kepentingan segelintir orang. Karena perempuan dikaruniai akal dan naluri yang seharusnya bisa melindungi dirinya dari kesesatan berpikir.

Jadilah perempuan lajang yang berjihad untuk menjaga kesucian dirinya dari pergaulan bebas.

Jadilah istri yang berjihad untuk memelihara kemuliaan diri dan menjaga nama baik suami dan keluarga.

Jadilah ibu yang berjihad untuk mencetak generasi pencinta quran yang tangguh di masa depan.

Jadilah Muslimah berhijab dan berhijrah yang berjihad untuk memelihara akhlak serta bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan umat manusia.

Wallahu a'lam bishshawab.

 

 

 

 

 




Hubbu Syahwat

Sebelumnya

Bukankah Aku Ini Tuhanmu?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur