Ilustrasi proses operasi sesar/ Net
Ilustrasi proses operasi sesar/ Net
KOMENTAR

PERDARAHAN pasca melahirkan sebenarnya umum terjadi. Biasanya akan membaik dalam hitungan hari atau minggu. Tapi ada sebagian ibu yang mengalami perdarahan abnormal pasca melahirkan yang disebut perdarahan postpartum.

Yang satu ini tidak bisa dianggap enteng. Menurut data WHO, perdarahan postpartum membuat 100.000 ibu kehilangan nyawa setiap tahunnya. Artinya, sekitar 25 persen kematian ibu melahirkan disebabkan hal ini.

Perdarahan postpartum disebabkan terbukanya pembuluh darah pada rahim, di mana plasenta melekat di dinding rahim ketika hamil. Prosedur episiotomi (sayatan yang dibuat pada perineum, jaringan di antara jalan lahir dan anus, dan pada saat proses persalinan), juga bisa menyebabkan kondisi ini.

Kalau sudah seperti ini, benarkah prosedur operasi Caesar bisa memicu terjadi perdarahan postpartum?

Sebenarnya, operasi Caesar direkomendasikan dokter sebagai prosedur yang direncanakan atau dilakukan dalam keadaan darurat. Prosedur ini juga dipilih bila persalinan normal dianggap punya risiko yang sangat besar.

Prosedur Caesar dimulai dengan membedah perut bagian bawah. Di sini plasenta akan terlepas dari rahim dan pembuluh darah terbuka dan berdarah. Kondisi ini akan menimbulkan kolam darah dalam rahim.

Dalam dunia medis, aliran darah yang bisa keluar dari vagina ini dikenal dengan lokia. Jadi, lokia terjadi akibat runtuhnya jaringan rahim yang terbentuk ketika hamil. Umumnya lokia akan kembali normal pasca persalinan dan berhenti secara perlahan selama 4-6 minggu.

Tetapi, selain lokia yang normal terjadi, ada perdarahan abnormal yang disebut perdarahan postpartum. Ditandai dengan jumlah darah yang keluar lebih dari 1000 CC dan terjadi dalam 24 jam pertama (perdarahan pasca melahirkan primer) atau setelah 24 jam pasca melahirkan (sekunder).

Dengan kata lain, operasi Caesar merupakan satu dari berbagai faktor risiko yang bisa memicu terjadi perdarahan postpartum.

Yang perlu digarisbawahi, perdarahan postpartum juga bisa dipicu oleh beberapa kondisi medis tertentu. Misalnya plasenta akreta, retensio plasenta, atau atonia uteri.

Selain itu, ada pula beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya perdarahan postpartum, yaitu anemia, pengalaman postpartum sebelumnya, obesitas, mengandung kembar duanatau tiga, persalinan yang berlangsung lama (lebih dari 12 jam), mengandung bayi berukuran besar (lebih dari 4 kilogram) memiliki bayi pertama saat berusia di atas 40 tahun, plasenta keluar lebih awal, dan induksi persalinan.

Cara Mencegahnya

Caranya cukup sederhana, yaitu rutin memeriksakan kehamilan. Nantinya dokter akan mempertimbangkan faktor risiko dan kondisi ibu selama kehamilan. Contohnya, bila ini pernah mengalami perdarahan postpartum pada kehamilan sebelumnya, gangguan perdarahan, atau golongan darah yang langka. Dengan begitu, dokter bisa mempersiapkan rencana persalinan yang sesuai.

 

 




Mengenal Diabetic Foot: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobatinya

Sebelumnya

Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja: Karier Cemerlang, Batin Tetap Tenang

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health