SUAMINYA tirani durjana, yang kejam kepada manusia dan durhaka terhadap Allah. Tetapi, istrinya malah dijamin masuk surga, sebagaimana yang ditegaskan oleh Nabi Muhammad. Dia adalah Asiyah binti Muzahim, istri dari Fir’aun, yang mendengar namanya saja orang menjadi mual.
Lantas apa yang membuat sosok Asiyah demikian istimewa untuk mendapat jaminan surga?
Doanya.
Inilah episode tentang doa terdahsyat dari seorang perempuan suci, yang teguh menjaga iman di hati. Sepotong doa yang berbalas surga.
Terlebih dulu terbetik pertanyaan, mengapa Asiyah mau bersuamikan Fir’aun? Kalau perkara mau atau tidak, siapa juga yang sudi bersuamikan lelaki sekejam Fir’aun. Maka jawabannya akan lebih seru berupa pertanyaan, “Siapakah yang mampu menolak kehendak raja, apalagi yang zalim?” Karena yang dipertaruhkan bukan hanya keselamatan diri, tetapi juga nyawa orangtua dan sanak keluarga. Pernikahan itu menjadi bukti pengorbanan Asiyah demi kemaslahatan bersama.
Namun Tuhan memberikan padanya suatu misi yang lebih mulia. Banyak jalan menuju surga, dan Asiyah mendapatkan surga itu melalui perjuangan heroik melindungi Musa, aktor utama yang berhasil menghentikan kezaliman Fir’aun selamanya. Andai Asiyah tidak ada, atau tidak melindungi Musa? Entahlah! Mungkin jalannya sejarah akan berubah.
Kisahnya diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam buku Kisah Para Nabi seperti berikut ini:
Para dayang memungut Musa dari tepi sungai Nil dalam peti tertutup, tetapi mereka tidak berani membukanya. Akhirnya, mereka meletakkannya di hadapan istri Fir'aun yang bernama Asiyah binti Muzahim bin Ubaid bin ar-Rayyan bin Walid.
Ketika Asiyah membuka penutup peti tersebut dan menyingkap kain penutupnya, ia melihat wajah bayi lelaki yang tidak lain adalah Musa. Wajah polosnya terlihat cerah memancarkan cahaya kenabian dan keagungan. Saat melihat bayi itu,Asiyah langsung menyukai dan mencintainya hingga Fir'aun datang dan bertanya, “Siapakah anak ini?”
Bahkan, Fir'aun memerintahkan agar menyembelih anak itu, Asiyah langsung menolak dan meminta suaminya itu agar tidak membunuh anak tersebut. Asiyah berkata, “Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.”
Fir'aun pun berkata kepada istrinya, “Bagimu memang benar, tetapi tidak bagiku.” Dengan kata lain, Fir'aun menegaskan, “Aku tidak memerlukan anak itu.”
Ucapan Asiyah, “Mudah-mudahan ia bermanfaat bagi kita.”
Allah benar-benar memberikan apa yang diharapkan oleh Asiyah itu. Ia mendapatkan hidayah karena anak itu (Musa) dan ia akan menempati surga di akhirat karena anak itu pula. Mereka tidak mengetahui apa yang dikehendaki Allah bahwa di tangan anak itulah terjadi kehancuran masa depan Fir'aun dan bala tentaranya.
Asiyah membesarkan Musa di lingkungan istana Fir’aun dengan mempertaruhkan selembar nyawa dirinya. Terlebih Fir’aun terus curiga anak itulah yang akan membinasakan kekuasaanya. Dan setelah Musa menjadi nabi utusan Allah, babak baru dari perjuangan Asiyah pun dimulai lagi.
Pada buku Al-Qur’an dan Perempuan karya Zaitunah Subhan menceritakan, kketika Nabi Musa berhasil mengalahkan para tukang sihir Fir'aun, Asiyah yang turut menyaksikan kesuksesan Musa, bertambah tebal imannya. Sebenarnya telah lama Asiyah beriman kepada Allah, tetapi hal ini tidak diketahui suaminya.
Mengetahui keimanan istrinya, ia keluar menemui kaumnya lalu bertanya, “Apa yang kalian ketahui tentang Asiyah binti Muzahim?”
Mereka memujinya. Adapun Fir’aun berkata, “Ia menyembah Tuhan selain aku.” Mereka berkata, “Kalau begitu bunuhlah dia.”
Maka Fir'aun membuat pasak-pasak untuk istrinya, kemudian menyiksanya di bawah terik matahari. Jika Fir'aun berlalu darinya, para malaikat menaungi Asiyah dengan sayap-sayap mereka. Asiyah berdoa, “Wahai Rabbku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah di dalam surga.”
Allah mengabulkan doa Asiyah dengan membangunkan sebuah rumah di surga untuknya. Dan rumah itu diperlihatkan kepada Asiyah, maka ia pun tertawa. Bertepatan dengan itu Fir'aun datang, melihat Asiyah tertawa, dia heran, “Tidaklah kalian heran dengan kegilaan Asiyah, kita siksa dia malah tertawa.”
Qatadah berkata, “Fir'aun adalah penghuni bumi yang paling sombong dan paling ingkar. Demi Allah, hal itu tidak mempengaruhi istrinya yang taat kepada Allah Rabbnya. Supaya orang-orang tahu bahwa Allah itu Maha Adil yang tidak menghukum seseorang karena dosa orang lain.”
Para istri yang kebetulan sedang diuji dengan suami yang tidak menaati Allah, maka jadikanlah kisah Asiyah sebagai harapan menjemput surga, asalkan tetap teguh dalam keimanan. Sebagaimana Asiyah tegak dengan gagah menyampaikan kebenaran, dan tidak terpengaruh dengan kesesatan suaminya.
Kabar tak sedap itu kian kencang berhembus, tentang banyaknya kekerasan dalam rumah tangga sebagai akibat dari suami yang hilang kontrol diri, disebabkan beratnya pukulan pandemi di sektor ekonomi. Padahal di masa-masa sulit beginilah kedekatan dengan istri akan melahirkan kekuatan batin.
Bagi para suami, berhati-hatilah dengan doa istrimu! Bisa jadi doa itu yang akan mengantarkan ke surga, tetapi doa itu pula yang dapat mempercepat azab atas kezaliman suami. Demikianlah dahsyatnya doa istri yang patut direnung-renungkan.
KOMENTAR ANDA