Najwa Shihab/ Net
Najwa Shihab/ Net
KOMENTAR

VIDEO Mata Najwa edisi "Menanti Terawan" sedemikian viral. Sang presenter, jurnalis Najwa Shihab, mewawancarai bangku kosong yang sedianya diperuntukkan bagi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Seperti biasa, Najwa mengeluarkan pertanyaan kritis yang kerap memojokkan para tokoh publik yang datang. Najwa pun menanyakan beberapa pertanyaan terkait kinerja Menkes Terawan.

Mulai dari perkataannya yang viral tentang Indonesia tidak akan kena corona di awal masa pandemi, resapan anggaran Kementerian Kesehatan yang masih rendah terkait pandemi, teguran Presiden Jokowi tentang penanganan Covid-19, hingga perlindungan terhadap tenaga kesehatan Indonesia yang dirasa sangat kurang. Di penghujung video berdurasi 4 menit 19 detik itu, Najwa menanyakan pertanyaan terakhirnya.

"Banyak menteri kesehatan yang mundur karena penanganan Covid-19. Misalnya saja New Zealand, Cheko, Polanda, Brazil, Chile, Pakistan, Israel... public health director-nya mundur, Kanada...public health agency president-nya mundur. Pertanyaan saya, Pak... apakah penanganan kita lebih baik dari negara-negara yang menkesnya mundur itu? Yang jelas, bukan hanya desakan ke presiden tapi publik, di antaranya lewat petisi, meminta kebesaran hati Anda untuk mundur saja. Siap mundur, Pak? Atau bagaimana Anda bisa meyakinkan publik bahwa memang masih layak menduduki posisi yang berat ini?"

Ada yang mengomentari Najwa menjadi halu karena 'kerinduan'nya menemui Menkes tak kunjung terobati. Ada pula yang mempertanyakan apa pentingnya menghadirkan Menkes ke muka publik. Di tengah pandemi, "Menanti Terawan" ala Mata Najwa seolah kembali meneriakkan rasa penasaran masyarakat terhadap sikap Menkes terkait pandemi.

Siapa yang tahu alasan di balik Menkes yang 'ogah' muncul ke publik ini?

Pun dalam Komite Penanganan Covid-19, Menkes bersama menteri-menteri lain menduduki posisi Wakil Ketua Komite. Tompi, penyanyi yang juga seorang dokter bedah, sempat mempertanyakan mengapa Luhut (lagi) yang memimpin, bukan Menkes yang notabene merupakan pihak berwenang dalam urusan kesehatan rakyat Indonesia.

Menko Polhukam Mahfud MD pernah mengatakan bahwa beberapa menteri memang telah ditunjuk Presiden Jokowi untuk berperan dalam penanganan Covid-19. Tapi Menkes Terawan tetap menduduki posisi sentral. Toh, pendapat tersebut tidak menjawab mengapa Menkes seperti menghilang dari hadapan publik.

Karena itu jangan salahkan banyaknya opini masyarakat yang penasaran tentang Sang Menkes. Apakah Menkes dilarang keras oleh Presiden menyatakan pendapatnya ke masyarakat karena takut blunder lagi? Atau apakah karena posisi sentral Menkes sebagai orang pertama di Kementerian Kesehatan yang seharusnya  menjadi ujung tombak penanganan Covid-19 justru 'dilucuti' oleh Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Mordano lalu Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan?

Posisi normatif yang diduduki Menkes Terawan bukan tidak mungkin membuatnya tidak leluasa berbicara tentang langkah-langkah penanganan Covid-19 yang bersifat strategis. Kurangnya koordinasi antarpembantu presiden—yang merupakan satu masalah besar dalam penentuan kebijakan Covid-19—juga bisa menjadi penyebab Terawan enggan berkomentar. Dia mungkin bisa bicara panjang lebar, tapi belum tentu merupakan kesepakatan semua pihak terkait penanganan Covid-19.

Terawan memang pernah muncul beberapa waktu lalu menjelaskan kondisi Covid-19 di Jakarta lewat keterangan pers virtual di YouTube Sekretariat Presiden (14/09/2020). Menkes menjabarkan beberapa poin termasuk tentang Jakarta yang dinilainya masih sanggup melaksanakan perawatan pasien Covid-19. Menkes juga pernah terlihat menghadiri acara-acara seremonial yang berkaitan dengan Covid-19.

Mengutip caption Instagram @najwashihab, putri Quraish Shihab itu menulis:

... "Selama ini, penanganan pandemi terkesan terfragmentasi, tersebar ke berbagai institusi yang bersifat ad-hoc, sehingga informasinya terasa centang perenang. Kami menyediakan ruang untuk membahasakan kebijakan penanganan pandemi ini agar bisa disampaikan dengan padu. Bedanya, media memang bukan tempat sosialisasi yang bersifat satu arah, melainkan mendiskusikannya secara terbuka." ...
 

Rasanya sah-sah saja Mata Najwa menghadirkan bangku kosong. Itu menjadi sebuah langkah jurnalistik yang menggelitik. Najwa tidak menyimpulkan dan tidak menghakimi. Pada akhirnya, Mbak Nana mempersilakan Terawan untuk duduk di bangku yang selama ini dibiarkan kosong untuk Sang Menkes. Lagipula, itu bukan episode Mata Najwa yang diisi pernyataan sepihak, melainkan semacam teaser berisi pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan menggugah Menkes untuk mau menjawabnya.

Sekali lagi, siapa yang tahu alasan Menkes tak kunjung datang ke Mata Najwa. Mungkin, bila Menkes diberi kewenangan penuh untuk mengnyinergikan semua elemen di negeri ini untuk melangkah kompak melawan Covid-19, Menkes bisa duduk nyaman di bangku kosong dan menjawab bombardir pertanyaan kritis dari seorang Najwa. Mungkin.


 




Dewan Pers: Kepala Sekolah Jangan Takut Hadapi Oknum yang Salahgunakan Profesi Wartawan

Sebelumnya

Pemerintah Tunda Pemberlakuan Kewajiban Sertifikasi Halal Produk UMK Hingga Oktober 2026

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News