Seorang mukmin adalah individu yang sudah memiliki rencana sejak waktu subuh terutama dalam konteks ibadah kepada Sang Khalik/ Net
Seorang mukmin adalah individu yang sudah memiliki rencana sejak waktu subuh terutama dalam konteks ibadah kepada Sang Khalik/ Net
KOMENTAR

SALAH satu cara membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah saw. adalah dengan mengikuti amal saleh yang beliau lakukan.

Di antara amalan yang selalu dilakukan Rasul menurut Ustaz Adi Hidayat, Lc. MA, adalah kala Subuh dan Suruq. Siapa yang mampu menjalankannya insya Allah berada dalam keimanan yang kuat. Betapa tidak, amalan tersebut menjadi teramat istimewa karena dimulai sejak dini hari, yaitu menjelang fajar.

Fajar dan Azan Subuh

Salah satu tanda kuatnya keimanan seseorang adalah ketika fajar tiba, ia dapat bersiap pergi ke masjid (terutama bagi para laki-laki) sebelum azan subuh berkumandang. Demikian pula bagi kita, para perempuan. Mampukah kita bersiap—mandi dan berpakaian bersih—lalu menggelar sajadah bersama anak-anak di rumah?

Sungguh kita harus takut manakala tidak terbangun ketika dikumandangkan panggilan salat “asshalaatu khairum minannaum” yang berarti “salat itu lebih baik dari tidur”. Rasul mengatakan bahwa ada setan mengotori telinga kita hingga kita tidak merespons azan.

Itulah mengapa salat fajar menjelma menjadi sebuah keutamaan. Iman kita memancar seolah mengingatkan kita untuk segera menunaikan salat setelah mendengar azan.

Demikian pula salat Subuh. Kata “subuh” didefinisikan sebagai sesuatu yang siap dengan rencana. Seiring menghilangnya karbondioksida dan bertebarannya oksigen, menandakan napas yang sudah kita siapkan untuk menghirup udara pagi.

Seorang mukmin adalah individu yang sudah memiliki rencana sejak waktu subuh terutama dalam konteks ibadah kepada Sang Khalik. Misalnya berapa banyak ayat quran yang harus dibaca hari ini juga berapa banyak infak yang harus dikeluarkan hari ini. Ustaz Adi Hidayat mengingatkan, jangan sampai hari demi hari berjalan biasa saja tanpa target hingga tidak lebih baik dari kemarin.

Dalam sebuah hadits yang ada dalam sunan At-Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Barang siapa shalat Subuh berjamaah kemudian dia duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lantas salat dua rakaat, maka baginya senilai pahala haji dan umrah yang sempurna.”

Masya Allah.

Keutamaan salat Subuh berjamaah bukan sekadar salatnya, tapi juga apa yang dilakukan setelah salat. Seusai salat, Rasulullah tidak meninggalkan masjid tetapi berdzikir. Beliau berdzikir hingga matahari tampak lewat satu tombak lebih sedikit dari tempat terbitnya, yang merupakan tanda awal masuk waktu dhuha. Inilah yang disebut syuruq. Ustaz Adi Hidayat mengatakan bahwa kira-kira lamanya tidak lebih dari 1,5 jam setelah subuh.

Ketika bayangan setinggi satu tombak itulah waktu syuruq, lalu kita mendirikan salat sunnah dua rakaat. Siapa yang sanggup mengerjakannya, maka mendapat pahala senilai pahala haji dan umrah (bukan disamakan dengan mengerjakan haji dan umrah).

Tidak hanya pahala senilai haji dan umrah, tapi dzikir dan salat yang kita lakukan dapat membuat kita bertambah dekat kepada Allah Swt. dan kita dijauhkan dari maksiat.

Dzikir Apa Yang Dibaca?

Tidak ada dzikir khusus yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Pada hakikatnya, dzikir adalah segala aktivitas yang mampu mendekatkan dan membuat hamba mengingat Allah Swt. Apa saja dzikir yang dipraktikkan Rasul?

#Istighfar. Mulai dari yang paling mudah yaitu mengucapkan astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.

#Kalimat thayyibah. Bisa dengan mengucapkan laa ilaaha illallaahi wahdahu laa syariikalahu lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir dan lainnya.

#Membaca Al Quran. Quran adalah dzikir yang dengan membacanya kita mengingat Allah dan segala kekuasaanNya.

#Menghafal Quran. Kita juga bisa berdzikir dengan mengulang hafalan surah. Bisa dengan mengulang ayat kursi, surah Al Iklhas, surah Al Falaq, dan An Naas, juga mengulang surah-surah dalam juz amma sambil menunggu waktu syuruq. Menghafal Quran lebih baik dari sekadar membacanya.

#Doa. Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, Rasul mengatakan bahwa saat kita berdoa itu sama artinya kita sedang berdzikir. Misalnya dengan memohon keselamatan. Allahumma antassalam wa minkas salam wailaika yaudus salam tabarakta yaa zaljalaali wal ikram.

#Menyebut nama Allah, terutama asmaul husna. Allah memiliki 99 nama yang bisa kita baca sesuai dengan isi doa yang kita panjatkan.

Kita harus yakin saat berdzikir agar apa yang keluar dari bibir kita tidak hanya mendekatkan kita kepada Allah Swt. tapi juga menenangkan hati kita. Karena itulah, dzikir dalam berbagai bentuknya menjadi penawar saat kita sedang berada dalam kesusahan. Berdzikir dan yakinlah, insya Allah ada solusinya.

Berpindah Tempat, Bolehkah?

Saat berdzikir selepas salat Subuh dan menunggu waktu syuruq, ada orang berpendapat bahwa kita tidak boleh berpindah dari tempat kita salat Subuh. Namun, Ustaz Adi Hidayat menegaskan bahwa hal itu tentu menyusahkan. Contohnya ketika kita salat di bagian tengah masjid sementara Quran berada di rak-rak di bagian pinggir kanan dan kiri, bagaimana kita bisa mengerjakan tilawah Quran jika tidak berjalan ke rak?




Ketika Maksiat dan Dosa Menjauhkan Kita dari Qiyamul Lail

Sebelumnya

Karena Rasulullah Tak Pernah Melupakan Kebaikan Orang Lain

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur