Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dianggap gigih membawa Indonesia untuk membantu perjuangan Palestina/Ilustrasi Farah
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dianggap gigih membawa Indonesia untuk membantu perjuangan Palestina/Ilustrasi Farah
KOMENTAR

INDONESIA tidak pernah sedikit pun luput memantau situasi yang berkembang di Palestina. Termasuk soal rencana terbaru Israel untuk melakukan aneksasi sebagian wilayah Tepi Barat, Palestina.

Rencana kontroversial yang didorong oleh pemerintahan koalisi Israel itu semula akan mulai dilaksanakan pada awal Juli lalu. Namun karena adanya tekanan internasional, rencana itu pun ditunda sampai batas waktu yang belum diketahui.

Terkait dengan isu tersebut, Indonesia mengambil posisi tegas menolak dan mengecam keras rencana Israel tersebut.

"Kita mengikuti situasi di Palestina, terutama setelah Israel mau aneksasi Tepi Barat Palestina," kata Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi dalam Webinar Internasional bertajuk "Stop Israel's Imperialism" yang digelar pada Kamis sore (16/7).

Dia menjelaskan bahwa Indonesia tidak akan pernah melupakan hubungan baik dengan Palestina yang sudah mengakar dalam sejarah.

"Palestina adalah salah satu bangsa yang memberikan dukungan Indonesia dan berperan dalam kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Jadi ini waktu bagi kita untuk tidak melupakan perjuangan tersebut," sambungnya.

Oleh karena itu, Muhyiddin memberikan apresiasi yang tinggi bagi Menteri Luar Negeri Indonesia Reto Marsudi, karena gigih dan konsisten menyuarakan posisi Indonesia di ranah internasional.

Indonesia, di bawah tongkat diplomasi Menlu Retno, bukan hanya lantang mendukung tapi juga menggalang dukungan internasional bagi Palestina, terutama terkait rencana aneksasi Israel tersebut.

"Indonesia sebagai salah satu anggota tidak tetap di Dewan Keamanan PBB, punya kesempatan emas untuk menyuarakan isu tersebut. Dan saya percaya bahwa Menteri Luar Negeri kita pintar untuk mengambil manfaat dari kesempatan ini," jelasnya.

"Kalau kita lihat di dunia, ada Iron Lady di Inggris," kata Muhyiddin, merujuk pada mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Tacher.

"Kita juga memiliki Iron Lady dari Asia Tenggara, dan itu berasal dari Indonesia," sambungnya, merujuk pada Menlu Retno.




Protes 28 Pegawai Berujung Pemecatan: Desak Google Putuskan Kontrak Kerja Sama dengan Israel

Sebelumnya

Israel Luncurkan Serangan Balasan, Iran: Isfahan Baik-Baik Saja

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News