Seorang warga membersihkan puing-puing bangunan yang rusak akibat banjir di pulau Kyushu Jepang/Reuters
Seorang warga membersihkan puing-puing bangunan yang rusak akibat banjir di pulau Kyushu Jepang/Reuters
KOMENTAR

IBARAT pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga, agaknya seperti itu situasi yang tengah dihdapi oleh Jepang.

Saat belum sepenuhnya pulih dari pandemi virus corona atau Covid-19, Jepang kini dihadapi oleh masalah baru, yakni bencana banjir dan tanah longsor akibat siklus hujan terburuk yang terjadi sejak beberapa hari terakhir.

Banjir dan tanah longsor terjadi di sejumlah wilayah di Pulau Kyushu akibat hujan lebat yang turun terus menerus sejak akhir pekan lalu.

Banjir menyebabkan lebih dari 50 orang dinyatakan meninggal dunia dan sejumlah lainnya luka. Banjir juga memaksa ribuan orang lainnya harus mengungsi.

Bukan hanya itu, bencana tersebut juga merusak banyak pemukiman serta fasilitas publik di wilayah tersebut.

Untuk membantu evakuasi serta penyelamatan, pemerintah Jepang pun mengerahkan ribuan tim penyelamat ke lokasi bencana.

Namun karena Jepang masih dihantui oleh pandemi virus corona atau Covid-19, maka upaya penyelamatan pun dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, menjaga jarak serta sering membersihkan diri dan mencuci tangan.

Bukan hal mudah memang melakukan protokol kesehatan di tengah bencana, namun bukan Jepang namanya jika tanpa kedisiplinan. Hal itu pun mereka patuhi dan lakukan di situasi sulit tersebut.

Sebagai contoh, di depan pintu sebuah gym di kota Yatsushiro yang menjadi tempat berlindung bagi warga yang mengungsi dari banjir terdapat masker medis serta botol disinfektan beserta tulisan "Tolong Pakai Masker". Peralatan tersebut bisa diambil dan digunakan baik oleh pengungsi maupun petugas yang membantu.

Di tempat lain di gym yang sama, partisi kardus memisahkan 233 kamar tidur pengungsi dan papan petunjuk memerintahkan mereka untuk memeriksa suhu tubuh mereka setiap pagi dan jangan lupa untuk mensterilkan termometer.

Sementara itu di kota Takanobu Ono, pejabat setempat menegaskan bahwa pusat evakuasi terbatas untuk 300 orang meskipun memiliki kapasitas untuk menampung 500 orang. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan jarak sosial dijaga dengan baik demi menekan potensi penularan virus corona. Pusat evakuasi pun diprioritaskan untuk para pengungsi yang paling parah terkena dampak.

Dikabarkan <i>Reuters</i>, pihak berwenang Jepang sebelumnya telah memperingatkan pejabat setempat beberapa bulan sebelumnya untuk memasukkan tindakan pencegahan Covid-19 dalam persiapan bencana mereka.

Warga juga telah  didesak untuk mencari perlindungan dengan teman atau kerabat jika mungkin untuk menghindari pusat evakuasi yang penuh sesak saat terjadi bencana.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News