Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) menghadirkan Ilham Bintang (Pendiri CekNRicek) dan Joko Intarto (Pendiri Jagaters) sebagai pembicara dalam diskusi virtual, Kamis (25/6).
Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) menghadirkan Ilham Bintang (Pendiri CekNRicek) dan Joko Intarto (Pendiri Jagaters) sebagai pembicara dalam diskusi virtual, Kamis (25/6).
KOMENTAR

Wellness matters.

World Health Organization (WHO) mendefinisikan wellness sebagai “A state of complete physical, mental, and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity”.

Saking kompleksnya, “wellness” tidak bisa diterjemahkan menjadi “kesehatan” (health). Berdasarkan definisi WHO tersebut, wellness adalah kondisi sehat paripurna yang meliputi fisik, mental, emosional, dan kehidupan sosial seseorang. Bukan hanya sehat dalam artian tidak sakit atau tidak lemah.

Istilah wellness diperkenalkan Halbert L. Dunn, seorang dokter di Amerika Serikat, dalam buklet bertajuk High Level Wellness yang ia publikasikan tahun 1961.

Student Health and Counseling Services University of California, Davis, Amerika Serikat membagi wellness menjadi 8 dimensi yaitu occupation, emotional, spiritual, environmental, financial, physical, social, dan intellectual. Semua dimensi tersebut saling memengaruhi satu sama lain.

Di zaman now, wellness menjadi kunci kita untuk bisa bahagia, produktif, dan menikmati kehidupan. Karena itulah, menjaga wellness seoptimal mungkin menjadi krusial agar kita bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Wellness matters karena setiap hal yang kita lakukan dan setiap emosi yang kita rasakan berkaitan erat dengan kesejahteraan hidup kita. Begitu pun sebaliknya, kesejahteraan hidup kita akan memengaruhi tindakan dan emosi kita. Karena itulah kita harus mencapai tingkat tertinggi wellness untuk bisa mengurangi stres dan risiko terkena penyakit, sekaligus memiliki interaksi positif dalam kehidupan sosial sehari-hari.

Bagi kita—perempuan zaman now—yang memiliki segudang tanggung jawab dan kesibukan di ranah domestik maupun profesional, kita memerlukan “sahabat” yang mampu membuka cakrawala pemikiran kita, menginspirasi dengan berbagai informasi, dan memotivasi kita untuk act now meraih wellness.

Sahabat itu adalah media, terutama media siber yang fokus membahas kehidupan dan problematika perempuan dengan menjalankan misi empowering women.

Perempuan masa kini sudah semakin akrab dengan internet. Tidak hanya untuk menambah wawasan dan pengetahuan, tapi juga memudahkan proses pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Terlebih di saat pandemi yang mengharuskan work from home dan learn from home, frekuensi menggunakan peramban makin intens. Entah itu membuka media siber untuk mengupdate informasi terkini di dalam dan luar negeri, membeli berbagai produk di marketplace, mengunggah foto di Instagram, Path, atau facebook, hingga memutar daftar lagu favorit di Youtube.

Umumnya, sebuah media lifestyle akan mencoba menghadirkan everything for everyone. Mulai dari urusan kecantikan, kesehatan, fesyen, karir, desain interior, profil selebriti, koleksi resep, sampai tips finansial. Para pembaca bisa menghabiskan banyak waktu menjelajahi berbagai kanal dan sub kanal dalam satu media untuk mendapat segudang informasi yang mereka butuhkan.

Pada perkembangannya, banyak media perempuan memilih fokus mengupas interest tertentu yang sesuai dengan kepribadian, karakter, dan kebutuhan unik setiap individu perempuan.

Ada yang khusus membahas fesyen, kosmetik, parenting, atau berita viral selebriti. Ada yang khusus menggarap segmen keluarga, ada yang fokus pada remaja. Ada yang menghadirkan wellness hingga mindful meditation dengan komprehensif. Ada juga yang memilih platform gaya hidup Islami.

Berbagai varian media perempuan tersebut memiliki pembaca setia. Mereka mungkin tidak loyal pada satu media saja, tapi mereka mengikuti dengan setia beberapa media yang dianggap memenuhi kebutuhan mereka terhadap informasi tertentu.
Karena itulah, meski jumlahnya lebih dari ribuan (di seluruh dunia), prospek media perempuan sangatlah besar.

Dalam diskusi virtual Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) bertajuk Perusahaan Media Siber di Era Pandemi: Strategi Bertahan dan Berkembang (25/06/20), dua pembicaranya: Ilham Bintang (Pendiri CekNRicek) dan Joko Intarto (Pendiri Jagaters) sama-sama mengatakan bahwa media perempuan memiliki masa depan cerah.

Perempuan adalah massa yang memiliki kekuatan untuk ‘mengangkat’ atau ‘menjatuhkan’. Perempuan dapat menjadi follower paling setia atau menjadi hater super julid. Perempuan bisa berjam-jam bahkan berhari-hari mengumpulkan informasi A sampai Z sebelum memutuskan membeli blush on atau oversized outer secara online.

Mari menengok data tren Digital 2020  yang dirilis We Are Social bekerja sama dengan Hootsuite pada awal tahun 2020. Dari total pengguna internet dunia, 49,6% nya adalah perempuan.

Data tren Digital 2020  memperlihatkan Indonesia merupakan salah satu negara pengguna internet terbanyak di dunia.

Indonesia peringkat ketiga negara dengan pertumbuhan populasi pengakses internet. Dalam satu tahun, jumlah pengguna baru internet bertambah 25,3 juta orang atau naik 17%. Adapun total pengguna internet di Indonesia berdasar data tren tersebut adalah 174 juta orang dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 272 juta orang.

Tak tanggung-tanggung, masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata waktu 7 jam 59 menit dalam satu hari untuk menggunakan internet. Dan ternyata, 80% waktu tersebut digunakan untuk media sosial.

Tak hanya bersosialisasi di media sosial, Indonesia menempati peringkat pertama negara untuk kategori Ecommerce Adaption alias belanja online, dengan pembelian terbanyak untuk produk fesyen dan produk elektronik. Demikian pula dalam kategori Ride Hailing (pemanggil alat transportasi), Indonesia berhasil duduk di nomor satu.

Sayangnya, dari kategori Indonesia 20 Most-Visited Websites (Alexa) yang ditampilkan, tidak ada satu media khusus perempuan masuk daftar ini.

Namun demikian, dengan angka 48,57% perempuan pengguna internet sesuai hasil survei Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet di Indonesia tahun 2017 yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (Joko Intarto menyebut data terkini sebesar 61%-red), dapat dipastikan bahwa perempuan Indonesia menyumbang angka signifikan hingga Indonesia bisa menjadi salah satu negara melek digital terkuat di dunia dengan potensi ekonomi digital yang sangat besar.




Potensi Tsunami Masih Ada, Warga Diminta Waspadai Erupsi Gunung Ruang

Sebelumnya

Fasilitas Kesehatan Hancur, Sebanyak 562 Warga Palestina Menderita Hemofilia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News