400 Ribu Kehamilan Tidak Direncanakan Terjadi Di Indonesia selama masa pandemi Covid-19/Net
400 Ribu Kehamilan Tidak Direncanakan Terjadi Di Indonesia selama masa pandemi Covid-19/Net
KOMENTAR

KEPALA Badan Koordinasi Keluarga Berenana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SP OG mengungkap angka kehamilan di Indonesia selama pandemi virus corona atau Covid-19 meningkat drastis. Tercatat ada lebih dari 400.000 kehamilan tidak direncanakan terjadi di Indonesia.

Hal itu diduga karena pasangan yang berkegiatan di rumah aja akibat pandemi, aktif melakukan kegiatan seksual. Tidak hanya aktivitas seksual, ternyata menurunnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan turut berpengaruh besar.

"Beberapa angka yang kita amati kalau kita bandingkan dengan tahun 2019 Januari sampai April 2020 ini menurun. Kalau dilihat tahun 2019 itu 13,3 juta, sekarang 2020 hanya 12,1 juta yang terjadi karena adanya Covid-19 ini, sangat signifikan bagi BKKN ini," ujar dr. Hasto dalam acara Webinar bersama DKT Indonesia, Selasa (9/6).

Penurunan pemasangan alat kontrasepsi pun beragam jenisnya mulai dari suntik, pil, IUDs, hingga implan.

"Acceptor paling banyak itu suntik, di tahun 2019 bandingkan Januari sampai April penurunannya hampir 500 ribu hingga 600 ribu suntik, tahun 2019 7,3 juta hingga 2020 6,7 juta. Pilnya juga hampir 1,3 juta, di 2019 5,1 juta menjadi 4,6 juta di 2020," paparnya.

"Ini penurunan yang sangat signifikan bagi kami, peserta KB baru juga menurun dari Maret melebih tajam dari Maret ke April. Maret 419.741, April hanya 267.132," sambungnya lagi.

Putusnya penggunaan alat kontrasepsi inilah yang memicu kehamilan. Per masing-masing alat kontrasepsi, memiliki peluang kehamilan masing-masing jika terputus.

Misalnya putus suntik di bulan pertama, peluang kehamilan naik 10 persen, pil KB peluang kehamilan naik 20 persen, dan apabila putus IUDs maka peluang kehamilan naik 15 persen di bulan pertama.

Peluang ini terjadi dengan aktivitas seksual yang tinggi, usia produktif atau usia subur kehamilan antara 20 hingga 35 tahun, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi seperti kondom, pil KB, IUDs dan sebagainya.

"Jadi ini gambaran angka kehamilan diyakini dan diakui di seluruh dunia, berdasarkan evidence based hasilnya tetap," tutup dr. Hasto.




Rakerkesnas 2024, Presiden: Indonesia Harus Bisa Manfaatkan Bonus Demografi

Sebelumnya

Tak Lagi Berstatus Ibu Kota, Jakarta Siap Melesat Jadi Pusat Perdagangan Dunia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News