Didi Kempot/Net
Didi Kempot/Net
KOMENTAR

DUNIA seni Indonesia berduka. Sang maestro campursari lintas zaman, Didi Prasetyo atau yang tenar dengan nama panggung Didi Kempot meninggal dunia pagi ini (Selasa, 5/5). Dia menghembuskan napas terakhirnya di RS Kasih Ibu Solo.

Hal tersebut dibenarkan Asisten Manajer Humas RS Kasih Ibu, Divan Fernandez. Lord Didi, julukan para penggemar untuk penyanyi tersebut, meninggal pagi ini, pukul 07.45 WIB.

Bak pepatah, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang. Orang meninggal selalu meninggalkan hal-hal yang baik maupun buruk yang selalu diingat orang.

Nama Didi Kempot memiliki tempat tersendiri dalam industri musik Indonesia.

Melansir sejumlah sumber, jiwa seni pria kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 itu seakan sudah mendarah daging. Dia merupakan putra dari seniman tradisional terkenal, Ranto Edi Gudel yang lebih dikenal dengan Mbah Ranto.

Selain itu, dia juga merupakan adik kandung dari Mamiek Prakoso, pelawak senior Srimulat.

Didi Kempot sendiri dikenal sebagai seniman, atau lebih tepatnya maestro campursari dan penulis lagu yang populer.

Namun nama besarnya bukan tanpa perjuangan. Dia memulai karirnya dari titik nol, yakni sebagai musisi jalanan di kota Surakarta sejak tahun 1984 hingga 1986.

Kemudian dia mengadu nasib ke Jakarta pada tahun 1987 hingga 1989. Keberaniannya merantau ke ibukota membawanya pada peluang berkarya yang lebih gemilang.

Nama panggung "Didi Kempot" sendiri merupakan singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar, grup musik asal Surakarta yang membawa dia hijrah ke Jakarta.

Sepanjang hidupnya, Didi Kempot telah menulis sekitar 700 lagu. Hampir sebagian lagu-lagu yang lahir dari pemikirannya menggunakan bahasa Jawa dan bertemakan patah hati serta kesedihan.

Dia sengaja memilih tema tersebut karena rata-rata orang pernah mengalaminya dan ingin dekat dengan masyarakat.

Dia juga tidak jarang menggunakan nama-nama tempat sebagai judul atau lirik lagunya, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Kopi Lampung, Perawan Kalimantan, Parangtritis, Pantai Klayar dan Tanjung Perak.

Ide membuat lagu dengan nama tempat tersebut juga ada yang datang ketika Didi Kempot sedang berjalan-jalan dan mendengar tentang cerita-cerita dari warga setempat. Ketertarikan dia membuat lagu dengan menyebut nama-nama tempat karena dia juga yakin sebuah tempat pasti punya kenangan tersendiri bagi setiap orang.

Karya yang dihasilnya lintas zaman dan dinikmati oleh banyak penggemarnya, tanpa mengenal batasan usia. Anak-anak muda atau generasi milenial pun banyak yang menyukai karyanya.

Kalangan muda dari berbagai daerah yang mengagumi karya Didi Kempot bahkan menyebut diri mereka sebagai Sadboys dan Sadgirls yang tergabung dalam "Sobat Ambyar". Mereka mendaulat Didi Kempot sebagai "Godfather of Broken Heart" dengan panggilan "Lord Didi".

Julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.

Album perdana Didi Kempot rilis pada tahun 1997 dengan judul Eling Kowe. Disusul dengan album Sukses tahun 2000, Emas Didi Kempot Yen Ing Tawang tahun 2001, Emas Didi Kempot Sewu Kuto tahun 2002 dan Didi Kempot (2002) di tahun yang sama.

Masih di tahun 2002, dia juga merilis album King of Tembang Jawa, kemudian Hotel Malioboro tahun 2007, Lagu HITS tahun 2010, album Emas Didi Kempot tahun 2010, Didi Kempot (2010) tahun 2010 dan Campursari In Fantasy Orchestra di tahun yang sama.

Seakan tidak mau berhenti berkarya, pada tahun 2011, Didi Kempot kembali menelurkan album berjudul Lagu-Lagu Terbaik Campursari, disusul Didi Kempot Dangdut Koplo (feat. Yan Vellia) tahun 2012,

Di tahun yang sama, dia menelurkan album berjudul Didi Kempot Get Joss, disusul album Legendaris Didi Kempot Walang Kekek tahun 2013, Legendaris Didi Kempot tahun 2013, Sukses Didi Kempot tahun 2014, Ketaman Asmoro tahun 2016, Kasmaran tahun 2016, Didi Kempot Umbul Jambe tahun 2016, Campursari Dangdut Koplo tahun 2017, The Best Didi Kempot, Vol. 1 (Compilation) tahun 2018, dan terakhir, Didi Kempot Live Studio Session tahun 2018.

Namun kini sang maestro campurarsari telah menutup mata untuk selama-lamanya pada usia 53 tahun. Selamat jalan, Didi Kempot! Namamu abadi di dalam karya.




Stephanie Poetri setelah I Love You 3000, Makin Berkibar di Pentas Musik Dunia

Sebelumnya

Taylor Swift (Lagi-Lagi) Cetak Sejumlah Rekor Lewat Album Terbarunya, The Tortured Poets Department

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Entertainment