DI usia 18 tahun, saat banyak remaja sibuk menata masa depan, Levina Istiazah justru tengah melangkah menuju Tanah Suci. Perjalanan hajinya bukan sekadar keberangkatan biasa—ini adalah kisah cinta, kehilangan, dan keteguhan hati.
Dilansir laman resmi Kementerian Agama RI, Levina menggantikan ibunya yang wafat sebelum sempat berhaji. Meski kepergian sang ibu meninggalkan duka, ia menerima takdir itu sebagai panggilan suci dari Allah. “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur bisa melihat Ka’bah secara langsung,” ucapnya haru.
Santriwati yang kini cuti dari kuliahnya di STIBA Ar-Rayah, Sukabumi, ini telah hafal 15 juz Al-Qur’an dan pernah menimba ilmu di pesantren tahfidz Daarul Atqiyaa, Tegal. Di balik keceriaannya, tersimpan tekad dan keikhlasan yang kuat. Bagi Levina, haji bukan sekadar rukun Islam, melainkan perjalanan mendalam untuk memperbarui iman dan menyucikan jiwa.
“Kalau Allah belum mengundang, sehebat apa pun usaha kita, tak akan sampai. Tapi jika Allah sudah memanggil, jalan itu pasti terbuka,” katanya, memberi semangat penuh makna.
Lewat kisahnya, Vina mengajak para remaja untuk tidak menunda mendaftar haji. “Tubuh kita masih kuat di usia muda. Jangan tunggu tua untuk mendekat kepada-Nya,” pesannya.
Viral di media sosial, kisah Vina bukan hanya menyentuh ribuan hati, tapi juga menyadarkan kita: bahwa haji bukan soal umur atau uang—melainkan kesiapan hati menjawab panggilan Ilahi.
Kamu siap? Jangan tunda, bisa jadi namamu yang akan Allah panggil selanjutnya.
KOMENTAR ANDA