Siswa SMA Portobello di Edinburgh. (BBC)
Siswa SMA Portobello di Edinburgh. (BBC)
KOMENTAR

BAYANGKAN satu hari di sekolah tanpa notifikasi, tanpa scroll media sosial di jam istirahat, dan tanpa godaan selfie di tengah pelajaran. Itulah yang kini dijalani para siswa di Portobello High School dan Queensferry High School, Edinburgh, Skotlandia.

Kedua sekolah ini memberlakukan kebijakan bebas ponsel sepanjang hari. Tapi jangan khawatir, ini bukan berarti ponsel disita. Para siswa cukup menyimpan gawai mereka di kantong khusus bernama Yondr—semacam dompet magnetik yang hanya bisa dibuka dengan alat tertentu. Setelah masuk, ponsel tetap bersama pemiliknya, tapi tidak bisa digunakan sampai bel terakhir berbunyi.

Tujuannya jelas: mengembalikan fokus ke ruang kelas, bukan ke layar. Joan Griffiths dari Dewan Pendidikan Edinburgh menyebut ini sebagai langkah positif untuk membantu siswa lebih hadir dalam pembelajaran dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

Uniknya, kebijakan ini mendapat dukungan besar. Sekitar 86% siswa dan orang tua di Portobello setuju—suatu angka yang tak bisa dianggap enteng. Bukan tanpa alasan: penelitian menunjukkan akses terus-menerus ke media sosial berdampak negatif pada kemampuan belajar.

Para siswa kelas enam yang lebih senior memang mendapat sedikit kelonggaran. Mereka memiliki zona khusus dengan alat pembuka kantong, sebagai bentuk kepercayaan terhadap kedewasaan mereka.

Yondr sendiri bukan barang baru di dunia hiburan. Penyanyi legendaris Bob Dylan, serta artis seperti Alicia Keys dan Jack White, telah menggunakannya dalam konser mereka agar penonton benar-benar menikmati pertunjukan, bukan layar mereka.

Kebijakan seperti ini mulai dilirik sekolah-sekolah lain di Skotlandia. Masing-masing punya pendekatan berbeda—dari blokir sinyal hingga aturan fleksibel. Tapi satu hal jadi benang merah: semakin banyak yang menyadari, terkadang kita perlu meletakkan ponsel agar bisa benar-benar terhubung—dengan pelajaran, teman, dan dunia nyata.

Bagaimana dengan sekolah di Indonesia?

Saat ini, para siswa tingkat sekolah menengah diwajibkan membawa gawai ke sekolah untuk keperluan pembelajaran. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana agar gawai tersebut dipergunakan sesuai fungsi dan tujuannya, bukan menjadi distraksi.




Finlandia, Bukti bahwa Pendidikan Hebat Tak Harus Padat Jadwal

Sebelumnya

Di Tengah Melambatnya Daya Beli Masyarakat, Bank Mega Syariah Catat Pertumbuhan Pembiayaan Konsumer

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Horizon