Tim medis/Net
Tim medis/Net
KOMENTAR

PADA saat Wuhan berjibaku dengan wabah vius corona, kita mendengar bagaimana para tim medis di sana mempertaruhkan hidup mereka demi para pasien.

Ada yang tertidur di ujung koridor karena kelelahan, ada yang harus menahan rindu karena tidak bisa memeluk anaknya, menahan diri untuk pergi ke toilet agar menghemat APD yang sudah sangat terbatas, sampai lupa pada kesehatannya sendiri. Wabah itu juga banyak merenggut nyawa para dokter andalan dan ribuan tim medis lainnya yang menangani Covid-19.

Kisah haru itu kini terjadi di Indonesia.

Hingga Minggu (19/4) angka kasus positif virus corona di Indonesia terus bertambah seiring berjalannya waktu. Data menyebutkan, lebih dari 500 orang meninggal dunia, dan di antaranya adalah tim medis.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih, menyebutkan terdapat 24 orang dokter yang meninggal setelah bekerja dan menangani pasien-pasien virus corona (Covid-19) di Tanah Air, per Sabtu (18/4).

"(Data) terakhir yang meninggalkan kita dapat informasi sebanyak 24 orang," kata Daeng dalam sebuah acara stasiun radio di Jakarta, Sabtu (18/4).

Selain para dokter yang meninggal dunia karena terjangkit Covid-19, sejumlah tenaga medis atau tenaga kesehatan juga dinyatakan positif Covid-19. Mereka terpapar penyakit itu setelah berjibaku menangani para pasien-pasien.

Sebagai garda terdepan, tim medis menjadi ujung tombak penyelamatan pasien. Tantangan yang dihadapi begitu berat, tidak hanya pada saat menangani pasien corona yang berimbas pada penularan dan resiko kematian bagi diriya sendiri, tetapi juga menghadapi stigma yang beredar di masyarakat.

“Bulan ini kita sedih sekali, bahkan di berita-berita pasien dan teman-teman perawat yang tertular itu, meninggal dunia. Ada yang tertular dari pasien, ada yang tertular karena ketidakjujuran, ada yang tertular dari luar. Di bulan-bulan ini, kita penuh dengan luka, angka teman-teman yang positif dan meninggal dunia sudah banyak,” kata Nurdiansyah, seorang perawat Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta, saat konferensi pers streaming di Kantor BNPB Jakarta, Minggu (19/4).

Bersama perawat lainnya ia harus terus mendampingi pasien di ruang isolasi untuk waktu yang lama, karena pasien banyak yang panik dan cemas bila dibiarkan sendirian.

“Teman saya ada yang sampai 4 jam. Karena ada pasien dia memang masih tidak berani kalau kita keluar. Jadi betul-betul kita motivasi pasien, imunitasnya kita kuatkan,” kata Nurdiansyah.

Biasanya para perawat menemani dengan memegang tangannya memberi kekuatan dan melatih pernapasannya agar pasien lebih rileks.

Nurdiansyah juga mengisahkan luka lain yang dihadapinya dan teman-teman perawat adalah stigma negatif dari lingkungan sekitar.

“Luka yang kita alami adalah teman-teman kita banyak sekali yang mengalami stigma negatif. Ada teman-teman saya yang diusir dari kontrakan, terus ada teman-teman saya yang dia anaknya diasingkan dengan anak tetangganya,” ujarnya.

Nurdiansyah sendiri tidak dapat bertemu dengan orangtua selama satu bulan terakhir ini karena khawatir ia menjadi pembawa virus bagi keluarganya.

Ia berharap ada kerja sama dari masyarakat untuk mematuhi aturan yang ada, karena penanganan pencegahan virus corona mesti dilakukan serentak agar lebih efektif.

“Kita sangat sekali berharap kepada masyarakat bahwa mari sama-sama kita melakukan PSBB, melakukan anjuran-anjuran pemerintah, karena angka-angka (positif) ini sudah meningkat,” ucapnya.

Ketua Umum Persatuan perawat Nasional Indonesia Harif Fadillah, dalam program Sapa Indonesia Malam  menyerukan kepada masyarakat agar turut membantu pencegahan penularan.

Di saat grafik penularan virus corona terus menanjak, para dokter dan tenaga medis harus melupakan rasa khawatir dan ketakutannya, bahkan meninggalkan keluarga, untuk melayani pasien dengan baik, siang malam.

Maka, menurutnya, masyarakat bisa ikut berperan meringankan beban mereka dengan ikut mendukung upaya pemerintah.

"Tetap tinggal di rumah, menghindari kerumunan, jaga jarak aman, untuk memutus rantai penularan," ujarnya.

Beberapa waktu lalu, lewat sebuah video singkat, Google mengapresiasi perjuangan para tenaga medis di seluruh dunia. 'Thank You Healthcare Workers' tulis Google dalam video singkat yang diunggah ke YouTube.

Google memperlihatkan beragam pertanyaan terkait tenaga medis yang berjuang melawan COVID-19. Mulai dari 'Bagaimana mengurangi penularan virus corona' hingga 'Bagaimana kami bisa menolong para dokter'.

"Ketika dunia menghadapi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami berterima kasih kepada seluruh tenaga medis karena telah mengorbankan waktu dan tenaga untuk menyelamatkan begitu banyak nyawa," tulis Google dalam deskripsi videonya.




Bintang Puspayoga: Angka Perkawinan Anak Menurun dalam Tiga Tahun Terakhir

Sebelumnya

Lebih dari 200 Rumah Rusak, Pemerintah Kabupaten Garut Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Selama 14 Hari

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News